Thursday 13 November 2014

Memberi, Tidak Rugi Kok


Memberi dalam KBBI artinya menyerahkan (membagikan, menyampaikan) sesuatu :). Eciee.. serius amat bawa-bawa KBBI segala :). Masalahnya tantangan kali ini adalah "bagaimana cara anda memberi manfaat kepada orang banyak tanpa pamrih?" Penasaran nggak sih ini tantangan apa? Penasaran dong ya.. ya.. Jadi saya beserta 9 orang teman saya yang lain, mengikuti tantangan 10 hari menulis postingan memperingati Hari Pahlawan Indonesia. Yang ini adalah tantangan ke-3, tantangan pertamanya di postingan ini, dan yang kedua di postingan yang itu.

Eh balik lagi ke pertanyaan atau tantangan itu. Pas pertama kali membacanya, saya langsung berfikir "Aaakkk.. susah ini". Kenapa? Karena saya tidak pernah mengingat kapan saya memberi, apalagi bagaimana caranya untuk memberi. Tapi, ini kan tantangan yang sudah saya iyakan, jadi okelah saya sedikit memeras memori yang sudah lama terpendam jauh di lubuk hati terdalam... *efek nonton konser Kla Project* *jadi agak-agak puitis-puitis gerimis :D*

Bagi saya, memberi itu bukan perkara yang mudah. Kalau hanya sekedar memberi, okelah itu mudah, tapi kalau ada embel-embel tanpa pamrih, itu yang susah. Pamrih di sini tidak hanya saya artikan "tak mengharap tuk kembali" -__- *masih belum bisa move on*, tapi juga tidak berfikir macam-macam lagi setelah memberi. Makanya, saya berusaha keras untuk ini. Cara-cara bagaimana sih memberi yang seperti itu, saya dapatkan dari teman, orang tua, adiks, suami, dan tetangga. 

Niatkan hanya memberi.
Semua hal yang kita lakukan itu kan berawal dari niat. Ketika memberi pun, saya harus niat, walaupun hanya di dalam hati, bismillah. Apapun bentuk pemberian kita, seperti senyuman, jawaban pertanyaan, berbagi pengalaman, dan materi, semuanya harus diawali niat hanya memberi.

Memberi kepada yang patut diberi.
Inilah yang kadang bikin saya pusing, apalagi menyangkut wanita dan materi, hehe. Misalnya, ada teman saya curhat, lalu dia bertanya bagaimana, setelah saya jawab, eh dia malah terus menerus membantah jawaban saya. Itu saya artikan bahwa dia sedang tidak membutuhkan jawaban, dia hanya ingin didengar. Berarti lebih baik, saya hanya memberikan telinga, pandangan mata dan perhatian saya ke dia saat dia sedang curhat.

Berikan, lalu lupakan.
Seperti kata Melly, yang juga kata ibu saya, kalau kita sudah memberikan sesuatu, apalagi materi, kepada seseorang, tindakan selanjutnya adalah melupakannya. Melupakan bahwa kita pernah memberi, menurut saya adalah cara yang ampuh untuk menghindarkan kita dari pamrih. Jangan pernah mengingat-ingat apa saja yang sudah kita berikan, karena dengan mengingat-ingat itu semua, kita jadi "merasakan" rugi. Padahal sebetulnya tidak rugi. Keuntungan itu datang dari berbagai maca jalan, dengan emberi yang tidak mengharapkan keuntungan apapun.

"Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan. Kecuali ia bertambah, bertambah, dan bertambah" (H,R Tirmidzi)

Tiga kalimat bold itu lah cara-cara yang saya gunakan ketika memberi tanpa pamrih. Selebihnya tergantung pada diri kita masing-masing. 


6 comments:

  1. Suka banget membaca tulisan ini. Padat, pas banget. Senang berbagi ya, Mbak. Meski hanya sebatas mendengarkan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Dah, mendengarkan dengan seksama curhatan orang ke kita itu sudah termasuk memberi,menurut saya :)

      Delete
    2. kalau lia mau curhat, berarti lia akan bilang lia butuh telinga mba riski, biar mba riski memberika telinganya hahaa,penjelasan memberi pada patut yang diberi lucu mba, qynya lagi curhat neh

      Delete
    3. hehehe... nggak gitu juga Ia.. :D Itu lebih ke kita yg mendengarkan, kita harus jeli, ada saat kita hanya harus mendengarkan, ada saatnya kita memberikan pengalaman kita mengenai hal yg sama dg yg dia curhatkan ke kita :D.
      Sering sih, saya dicurhati yg hanya butuh mendengar T_T

      Delete
  2. Berikan, lalu lupakan *noted* Thanks for sharing mak :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...