Wednesday 12 November 2014

Rohana Kudus, Wartawati Pertama Indonesia

Assalaamu'alaikum, selamat pagii... semoga semuanya sehat selalu, amiiin.

Rohana Kudus, dari masa ke masa
Saat ini sudah banyak bermunculan istilah citizen journalism ya. Murid-murid di sekolah di mana dulu saya mengajar pun pernah mendapatkan pelatihannya. Bagi saya yang seorang perempuan, tentunya saya penasaran, siapa sih wartawan perempuan (wartawati) pertama di Indonesia? Pertanyaan itu terjawab tanpa sengaja. Ceritanya, saat saya masih mengajar di sekolah itu tahun 2013, sekolah mendapatkan undangan untuk mengikuti lomba napak tilas pejuang yang diadakan oleh Museum Joang 45 Jakarta. Setiap sekolah harus mengirimkan satu regu berisi 10 murid, 5 laki-laki dan 5 perempuan. Mereka diwajibkan berpakaian ala pahlawan saat perjuangan kemerdekaan. Saya bingung.

Saya bingung karena sekolah saya adalah Madrasah Aliyah (MA) dimana murid perempuannya berhijab. Sedangkan, pahlawan-pahlawan nasional wanita yang saya lihat di poster pahlawan nasional, hanya sedikit yang berhijab seperti Hj. Rangkayo Rasuna Said, dan Nyi  Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Berarti masih kurang nama pahlawan wanita berhijab yang saya cari. Akhirnya saya menemukan nama-nama seperti Rohana Kudus, dan Rahmah El Yunusiyah. Mereka belum ada di poster pahlawan nasional. Dikarenakan rasa penasaran saya yang tinggi pada mereka, akhirnya saya googling mencari profil mereka. Selain itu juga untuk dibagikan ke murid-murid yang ikut napak tilas. Saya pun menemukan jawaban pertanyaan saya itu, bahwa yang diberi gelar sebagai Wartawati Pertama Indonesia adalah Rohana Kudus. Saya panggil beliau Bundo Rohana ya :), menurut saya lebih sopan daripada memanggil nama saja :).

Mengapa Bundo Rohana disebut sebagai Wartawati Pertama Indonesia? Menurut sumber yang saya baca, itu karena beliaulah yang pertama kali mendirikan surat kabar wanita pertama bernama "Sunting Melayu" tanggal 10 Juli 1912 di Koto Gadang. Alasan yang melatar belakangi pendirian surat kabar itu adalah karena beliau ingin berbagi ilmu yang didapatkannya dan berbagi cerita tentang kemajuan perjuangan pendidikan wanita di kotanya. Sebelum mendirikan surat kabar Sunting Melayu, Bundo Rohana terlebih dulu mendirikan sebuah sekolah keterampilan wanita (menjahit, merajut, menyulam, memasak) bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia tanggal 11 Februari 1911. Sekolah ini berkembang pesat, sampai bisa bekerjasama dengan Belanda perihal pengadaan alat-alat keterampilan.

Perjuangan Bundo Rohana di bidang jurnalistik lainnya adalah memimpin surat kabar Perempuan Bergerak ketika tinggal di Medan, lalu menjadi redaktur surat kabar Radio dan Cahaya Sumatera di Padang. Dari surat kabar-surat kabar itulah Bundo Rohana ikut mengobarkan semangat juang para pemuda untuk merebut kemerdekaan Indonesia. 

Bundo Rohana tidak hanya ulet di bidang jurnalistik, beliau juga ulet di bidang pendidikan, perdagangan, ulet sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai budi pekerti serta pondasi agama yang bagus. Di bidang pendidikan, setelah difitnah oleh muridnya, Bundo Rohana hijrah ke Bukittinggi lalu mendirikan Rohana School. Selanjutnya sukses mengajar di sekolah Dharma Putra. Di bidang perdagangan, selain berhasil bekerjasama dalam pengadaan alat kerajinan dengan Belanda, Bundo Rohana juga berhasil menjadi agen mesin jahit Singer pribumi pertama di Padang. Selain itu semua, beliaulah yang mencetuskan ide untuk menyembunyikan senjata dalam keranjang buah dan sayur yang diangkut kereta api dari Koto Gadang ke Bukittinggi ke Payakumbuh. Lalu mempelopori pendirian dapur umum dan badan sosial untuk para pejuang gerilya.

Kisah demi kisah sukses Bundo Rohana tersebut tentunya tidak didapatkan dengan instan. Beliau dididik dan sadar untuk terus belajar keras. Walaupun beliau anak seorang pegawai pemerintah Belanda, beliau tidak disekolahkan secara formal. Namun, beliau dengan tekun belajar bahasa Belanda, Arab, Melayu, dan Latin, sangat rajin membaca buku-buku milik ayahnya, serta tanpa malu belajar keras cara menjahit, menyulam, merenda, dan merajut dari tetangganya yang seorang noni Belanda, sampai beliau mahir dalam hal itu.

Bundo Rohana lahir tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang dan wafat tanggal 17 Agustus 1972. Selama kurang lebih 88 tahun, beliau berjuang dengan kemampuan dan keuletannya melawan penjajahan Belanda, dan merebut kemerdekaan Indonesia. Ada satu petuah beliau yang saya sukai:
"Perputaran zaman tidak akan membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah. Yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan". 

Sejak saat itu saya kagum dengan beliau, begitu juga dengan semua pahlawan yang sudah dengan ikhlas berkontribusi baik kepada Indonesia. Semoga saya dan kita semua bisa meneladani semangat juang, akhlak, budi pekerti, keuletan, keikhlasan, dan sifat rela berkorban mereka pada bangsa Indonesia. Sudah saatnya untuk stop hanya berkata kasar, mulailah kita action membangun Indonesia dengan kemampuan dan usaha kita agar menjadi lebih baik lagi. Bismillah... :)

Saat Acara Napak Tilas Pejuang

Sumber :
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Rohana_Kudus
  • http://minangkabaunews.com/artikel-2178-rohana-kudus-wartawan-perempuan-pertama-dari-sumatra-barat.html

26 comments:

  1. Bagus sekali ulasannya mba Riski, saya jadi tahu tentang Bundo Rohana. Saya jadi semakin sadar, dengan tulisan dapat digunakan sbg alat untuk berjuang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. saya hanya menceritakan ulang. Iya ya Mbak, sedemikian hebatnya kekuatan tulisan, bisa mengobarkan semangat juang kemerdekaan. Saya akan berusaha menulis yg baik2 dan bermanfaat saja. :)

      Delete
  2. suka sama petuah yang disampaikan beliau, ternyata emansipasi wanita sudah dijawab oleh Bundo Rohana di waktu lalu. Izin shre ya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Kak, saya juga suka pas pertama kali melihat dan membacanya. Beliau tidak menghendaki persamaan gender. Beliau hanya menghendaki penghormatan dan perlakuan yg baik pada perempuan. Saya merasa beruntung hidup pada masa kini dimana perempuan sudah diperlakukan dg baik oleh semuanya, untuk itulah saya berterimakasih pada semua pahlawan wanita yg secara langsung maupun tidak mereka memperjuangkan emansipasi wanita. :)

      Delete
  3. Dulu aku kulaih jurnalistik, jd sudah mengenal nama Rohana Kudus ini. Tapi sepak terjangnya sampai sejauh itu saya malah belum tahu. Inspiratif bgt ya ternyata. Sayangnya sejarah kita masih sering mencatat pahlawan yg itu saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perjuangan bundo Rohana memang betul2 keren ya Mak. Saya salut dg beliau.
      Untuk menjadi salah satu dari pahlawan nasional, kabarnya membutuhkan banyak syarat dan waktu yg lama. Semoga nantinya akan banyak lg nama2 yg dicatat sbg pahlawan nasional dan betul2 pantas mendapatkannya ya Mak.. :) amiiin.

      Delete
  4. Pengetahuan baru nih. Dan ternyata perjuangannya lebih jelas, mengangkat derajat wanita utk lebih baik dr laki-laki. Semoga suatu saat nanti Bunda Rohana diakui sebagai pahlawan dan namanya semakin dikenal masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiiin ya robbal'alamin. Iya Mbak yuni, semoga semakin banyak lagi nama2 yg diakui sebagai pahlawan nasional karena perjuangan nyatanya :).

      Delete
  5. Riski Fitriasari, subhaanallah, bagus betul isi postingan ini. Bagaimana mungkin ya, Bunda Rohana yang memiliki segudang pengalaman dalam perjuangan tidak muncul namanya bersamaan dengan nama pahlawan-pahlawan wanita yang kita kenal? Rasa penasaran Riski telah membuahkan tambahan pengetahuan bagi kita semua, terutama seperti Bunda ini yang baru mendengar nama Bunda Rohana dari postingan Riski. Salut buat Riski atas kegigihan menggali informasi demi kemajuan pengetahuan para anak ldidik Fitri, khususnya dan bagi kami semua pada umumnya. Lv u, Riski.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sejujurnya, saya juga berterimakasih kepada murid saya, secara tidak langsung karena merekalah saya jadi mengenal sosok pahlawan wanita lainnya. Bagi saya Bunda Yati juga pahlawan, ulet bekerja keras dan sangat sayang dg keluarga Bunda. Saya sering terkompori semangatnya ketika Bunda update postingan dan promosi buku Bunda yg baru... :) Terimakasih Bunda.. :)

      Delete
  6. Ibu Rohana sudah berjuang dengan senjata tinta, saya ingin sekali ngobrol banyak seandainya bisa :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga Teh, tapi walaupun beliau sudah tiada, semangat juangnya masih bisa dirasakan hingga sekarang.

      Delete
  7. Informatif sekali tulisannya mbak. sampai saat sebelum tadi saya baca postingan mbak, saya malah gak terpikir tentang wartawati pertama di indonesia ini lho..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, semoga bisa menginspirasi kita ya Mbak :).

      Delete
  8. Makasih sharingnya Mb Riski. Aku baru tau loh ada Bundo Rohana ini yg perjuangannya gak kalah dengan Ibu Kartini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya banyak sekali pejuang wanita yg pengorbanannya sama atau bahkan lebih besar dari RA Kartini, Mbak Uniek :). Sebesar apapun perjuangannya, mereka tetap pahlawan yg menginspirasi banyak orang :).

      Delete
  9. Berjuang lewat tulisan malah bisa mempengaruhi orang banyak ya mak. Keren tulisannya ^^

    ReplyDelete
  10. perempuan Indonesia dari jaman dulu pun banyak yang hebat ya

    ReplyDelete
  11. Woww quotenya keren banget mak, itu aku suka banget terutama wanita memang tidak akan bisa sama dengan pria. Nice artikel.

    ReplyDelete
  12. kalau bukan karena tulisan ini aku gak tau siapa wartawati pertama di indonesia

    ReplyDelete
  13. Bermanfaat Selalu artikelnya,Mak
    Saya malah ga tau cerita ttg beliau, kurang banyak belajar Sejarah neh, hehe.
    Makasih ulasannya, Mak ;)

    ReplyDelete
  14. Kalau dipikir, orang Minang jaman dulu lebih maju dibidang kepenulisan dibanding dg daerah lain. Hanya perkembangannya kemudian semua terpusat di Jawa.

    ReplyDelete
  15. Semoga pemerintah RI segera menganugerahkan gelar Pahlawan nasional kepada beliau

    ReplyDelete
  16. Lia baru tau pahlawan dibidang jurnalistik setelah membaca tulisan mba riski,

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...