Wednesday 1 February 2017

Mencegah Masakan Rumah Menjadi Pembunuh Diam-diam (The Silent Killer)

Assalaamu'alaikum...!! ^_^


Tanggal 25 Januari 2017, bertepatan dengan Hari Gizi Nasional, SunCo mengadakan simposium bertema "Masakan Rumah, The Silent Killer". Simposium tersebut diadakan di Auditorium Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta. Tema yang disajikan itu cukup mengerikan untuk saya, mengingat saya dapat dengar cerita dari teman-teman saya tentang keluarga atau teman dekat mereka yang meninggal mendadak karena jantung koroner. Pun, kakak ipar saya juga meninggal karena serangan jantung. Meninggal memang sudah menjadi takdir. Namun, penyebab meninggalnya itu bisa dijadikan pelajaran untuk kita agar lebih berhati-hati lagi dalam menjalani kehidupan yang diberikan Tuhan.

Seperti penjelasan dari narasumber kedua dalam simposium ini, yaitu Ibu Theresia Irawati, SKM, M.Kes dari Kemenkes RI, bahwa dewasa ini ada perubahan penyebab kematian di Indonesia. Dari yang tadinya (tahun 1990-an) kebanyakan disebabkan oleh penyakit menular, menjadi kebanyakan disebabkan oleh penyakit tidak menular seperti jantung koroner, hipertensi, stroke, dan diabetes melitus (mulai tahun 2010). Perubahan ini, menurutnya disebabkan karena gaya hidup yang berubah pula. Saat ini, semakin banyak orang yang dilenakan oleh kemajuan teknologi, sehingga banyak yang mulai berkurang melakukan aktivitas fisik. Harusnya, kemajuan teknologi tidak menjadikan alasan seseorang untuk mengurangi melakukan aktivitas fisiknya. Selain itu, faktor lain seperti banyak anak usia  lebih dari 15 tahun yang sudah merokok, banyak yang tidak suka mengonsumsi sayuran dan buah, ada 4,6% penduduk Indonesia usia lebih dari 10 tahun yang sudah mulai mengonsumsi alkohol, serta masih banyak penduduk Indonesia (sekitar 63 juta) yang buang air besar tidak di jamban menjadi faktor resiko timbulnya penyakit tidak menular.
Pemerintah saat ini sedang giat melakukan sosialisasi kegiatan masyarakat hidup sehat (GERMAS), yaitu dengan mengajak masyarakat untuk mulai :
  1. Melakukan aktivitas fisik
  2. Mengonsumsi sayur dan buah, serta memerhatikan konsumsi gula, garam dan lemak
  3. Tidak merokok
  4. Tidak mengonsumsi alkohol
  5. Memeriksa kesehatan secara berkala dan rutin
  6. Membersihkan lingkungan
  7. Buang air besar di jamban
GERMAS ini bertujuan untuk mencegah penyakit tidak menular seperti yang sudah disebutkan di atas. Bahkan untuk poin kedua tentang gula, garam dan lemak, Kemenkes sampai membuat Permenkes no.30 tahun 2013 mengenai batas konsumsi gula, garam, dan lemak untuk masyarakat Indonesia, sebagai berikut:
  1. GULA : per orang per hari yaitu 50 gram/4 sendok makan
  2. GARAM : 2000 mg natrium/sodium atau 5 gram/1 sendok teh garam
  3. LEMAK : 67 gram/5 sendok makan minyak

Namun, menurut dr. Tirta Pratiwi Sari, batasan tersebut hanya batasan rata-rata untuk orang Indonesia, walaupun bisa dijadikan pedoman untuk kita. Tapi untuk lebih detailnya, kita bisa memeriksakan diri ke ahli gizi agar tahu batasan konsumsi gula, garam dan lemak yang sesuai untuk tubuh kita. Menurutnya, semakin banyak aktivitas maka semakin banyak kebutuhan tubuh akan karbohidrat dan lemak. Beliau pun mengamini bahwa pola hidup saat ini dengan semakin banyak orang yang bekerja dibalik kursi tanpa banyak melakukan aktivitas fisik, bisa mengakibatkan obesitas. Dimana sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa obesitas bisa memicu beragam penyakit tidak menular yang berbahaya. Kolesterol yang merupakan salah satu turunan lemak merupakan momok yang sangat ditakuti saat ini. Sebetulnya, tidak semua lemak itu berbahaya. Ada 3 jenis lemak yang beliau paparkan, yakni :
  1. LEMAK TAK JENUH : bersifat protektif terhadap penyakit jantung (biasa disebut sebagai lemak baik)
  2. LEMAK JENUH : beberapa penelitian menyebutkan bahwa jenis lemak ini berhubungan dengan penyakit jantung
  3. LEMAK TRANS : lemak tak jenuh yang sudah mengalami proses sehingga berubah menjadi lemak jenuh dan ternyata merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung

Menurutnya, konsumsi lemak jenuh inilah yang harus diperhatikan, dan sebaiknya betul-betul menghindari konsumsi lemak trans. Lemak jenuh sendiri ada dalam semua produk lemak hewani, kulit hewan, butter, margarin, roti, biskuit, kue yang dibaking, dan makanan-makanan yang digoreng. Sedang lemak trans ada dalam minyak bekas pakai yang sudah berubah warnanya, dan semua makanan yang digoreng atau ditumis menggunakan minyak tersebut. Jika kita membeli makanan kemasan, ada baiknya dicek di kandungan gizi atau komposisi bahan, ada tidak kandungan lemak trans atau tulisan partially hidrogenated vegetable oil atau hidrogenated oils. Jika ada, maka lebih baik menghindari mengonsumsi makanan tersebut.

SunCo sendiri sebagai salah satu produk minyak yang sudah pasti mengandung lemak, selalu berinovasi agar produknya bisa membantu menjaga kesehatan masyarakat Indonesia. Inovasi SunCo tahun ini adalah membuat minyak goreng SunCo menjadi sedikit saja yang menempel di masakan (tagar #dikitnempel). Saya pun tidak bisa memungkiri kalau tiap hari saya mengonsumsi gorengan atau masakan yang ditumis. Karena hampir sebagian besar masakan Indonesia memang digoreng atau ditumis. Hanya, dalam pemilihan minyak gorengnya, saya mengikuti saran dari Ibu Mulina Wijaya (Deputy Marketing Manager SunCo) yaitu:
  • Karakter minyaknya encer seperti air sehingga nanti akan sedikit saja yang menempel di makanan
  • Tidak mudah membeku 
  • Bening

Jika Teman ReeNgan ingin membuktikan bahwa minyak goreng itu sedikit nempel di makanan, Teman ReeNgan bisa melakukan uji organoleptik dengan meminum sesendok minyak tersebut. Minyak yang dikit nempel, tidak akan menyisakan rasa gatal/serik di kerongkongan. Christian Sugiyono pun membuktikannya saat simposium ini. Beliau meminum sesendok makan minyak SunCo dan bilang bahwa hampir sama seperti meminum air, juga tidak terasa serik di leher.

Pada dasarnya, lemak itu tidak bisa dijauhkan dari makanan kita. Kita pun sebetulnya membutuhkan lemak untuk menjaga fungsi metabolisme tubuh. Terutama untuk bayi dan anak-anak, lemak dibutuhkan untuk cadangan energi dan membawa vitamin A, D, E, dan K, serta perkembangan sel-sel saraf. Hal tersebut dikemukakan oleh Dr. Entos Zainal, DCN, SP.MPHM (Sekjen PERSAGI).

Di akhir acara diadakan demo membuat mayonaise dari minyak goreng SunCo. Bagaimana resepnya dan hasilnya? Nanti saya coba dan saya tulis di postingan berikutnya ya, hehehe biar penasaran sedikit lah ^_^.

Poin penting dari acara ini adalah bahwa menghilangkan sama sekali lemak apapun itu jenisnya dari piring makan kita, bukanlah merupakan tindakan yang bijak. Namun, memilih jenis lemak yang masuk ke dalam tubuh kitalah yang merupakan tindakan bijak. Mulai saat ini, perbanyak konsumsi lemak tak jenuh (bisa didapat dalam kacang-kacangan, alpukat, kelapa, minyak nabati seperti minyak biji matahari, minyak kelapa, minyak canola, minyak anggur, minyak zaitun, dan lainnya) daripada konsumsi lemak jenuhnya. Hindari mengonsumsi makanan yang mengandung lemak trans.

Sepulang acara, saya bercerita tentang simposium ini kepada suami dan salah satu teman kantor, mereka pun memberikan testimoni baik tentang SunCo. Suami saya sudah dari tahun 2013 selalu memilih SunCo sebagai minyak goreng di rumah. Sedang teman saya dan suaminya pun selalu memilih SunCo karena makanan yang digoreng dengan SunCo tidak menimbulkan rasa gatal di kerongkongan, dan warna minyak SunCo tidak langsung berubah saat dipakai menggoreng. [] Riski Ringan

1 comment:

  1. Makasih sharing ya mbk..
    Kok jadi pingin nyoba buktikan dengan minum minyak sunco,penasaran

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...