Monday, 7 April 2014

Curhat : Membelajari Generasi Pemberani


Dua hari ini ada tamu cantik dan murah senyum yan datang ke kantor tempat saya bekerja. Kehadirannya membuat seisi kantor menjadi ikut ceria. Namanya Nisa, seorang gadis manis berlesung pipi yang masih imut dan belum bisa ngomong R. Hehehe... Nisa itu adalah putri pertama salah satu teman kantor, karena Oma nya sedang pulang kampung, jadinya setiap kali bapak ibunya bekerja, dia juga diajak.

Nisa adalah anak yang periang dan aktif. Dia selalu saja bisa mencari kesibukan walaupun kami terkadang sedikit mengabaikannya karena pekerjaan kami sekarang menumpuk banyak.

Suatu ketika, dia sedang anteng menggambar abstrak di meja saya (dia duduk di kursi). Saya tanya : Nisa itu gambar apa? Telur ya?, dijawabnya : "Iya, teyuy", saya : "waaaa... bagus banget, bulat seperti telur". Karena saking girangnya dia, dipuji gambarnya bagus (gambarnya memang hanya bulatan memanjang gitu, mirip telur), dia tepuk tangan sambil mengangkat kepalanya, lantas kepala itupun terkantuk di pinggiran meja. Woww... kaget saya, tapi tidak mengekspresikannya. Tapi, karena sakit, diapun menangis dan si ayah langsung mendekat.

Ayah : "Ada apa Nisa, kok nangis?". Nisa : (sambil mengusap dagunya, lalu menunjuk pinggir meja). Ayah : "oh kepentok ya, sini ayah obatin (lantas mengelus-elus dagu Nisa) Booaahhh... sembuh ya" Nisanya tadi ga bisa diam ya? Lain kali hati-hati ya Nak."
Sound different dengan apa yang sering saya dengar ya. Biasanya kan kalau si anak jatuh, nanti orang tuanya akan menginjak-injak lantai sembari mengatakan "lantai nakal".

Dari pengalaman itu, saya lantas berfikir, oh iya ya... kita sebetulnya jangan mencari kambing hitam dari tindakan yang dilakukan oleh anak kita. Kan lantai dan meja itu diam tidak bergerak sama sekali, si anak lah yang kurang berhati-hati ya. Mungkin kita sebagai orang tua hanya ingin menunjukkan rasa sayang kita pada mereka, bahwa kita akan melindungi mereka apapun yang terjadi, tapi di sisi lain secara tidak sadar kita juga sedang menciptakan generasi pengecut yang hanya bisa mencari kambing hitam dan bersembunyi di balik punggung orang lain.

Bismillah, mulai sekarang, walaupun dengan keponakan atau anak orang, saya akan meniru kegiatan parenting dari Bapaknya Nisa untuk urusan ini. Menanyakan dulu mengapa dengan penuh kasih sayang, menanyakan urutan kejadian menurut si anak, kalau berhubungan dengan benda diam maka si anak lah yang nantinya akan mendapat nasihat penuh sayang dari saya agar berhati-hati. :)

6 comments:

  1. Dan gak boleh menakut2i juga ya, Mba.

    Krn anak2 bisa sempit pandangan. Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. yap betul, tidak dengan menakuti atau dengan membentak.. :)

      Delete
  2. alvin kalau misal ksesandung atau terbentur dia selalau menanti kalimatku hati-hati ya :)

    ReplyDelete
  3. memang gak boleh. Nanti mereka jadi terbiasa menyalahkan pihak lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya betul, jadi kebiasaan cari kambing hitam.. dan tidak mau mengakui kesalahan sendiri.. :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...