Monday 5 June 2017

Jenis-jenis Tiket Commuter Line yang ReeNgan Tahu

Assalaamu'alaikum...!! ^_^


Alhamdulillah ketika pertama kali rutin menggunakan commuter line sebagai angkutan umum pergi dan pulang kerja, saya sudah tidak mengalami penggunaan tiket kertas. Dulu sih sempat diajak naik KRL waktu masih ada KRL ekonomi, tapi yang beli tiket bukan saya, jadi saya tinggal naik saja dan penuhnyaaaaaah 😱😱.  Saat ini, untuk bisa masuk ke dalam stasiun KRL di Jakarta, kita diwajibkan mempunyai tiket kereta elektronik karena gerbang masuknya juga elektronik. Nantinya tiket kereta ini harus kita tempelkan di pintu masuk elektronik yang ada di stasiun berangkat dan stasiun tujuan, jadi jangan sampai hilang tiketnya. Ada 3 jenis tiket kereta yang saat ini banyak digunakan, yakni Tiket Harian Berjaminan (THB), Kartu Multi Trip (KMT), dan uang elektronik dari bank.

Postingan menarik lainnya : Cara Masuk Ke Stasiun KRL



Tiket Harian Berjaminan (THB)

Bila Teman ReeNgan bukan pengguna rutin commuter line, saya sarankan membeli THB saja atau menggunakan uang elektronik dari bank tempat Teman ReeNgan menabung. Untuk membeli THB, Teman ReeNgan bisa langsung menuju loket pembelian atau mesin pembelian/vending machine. Jika Teman ReeNgan membeli THB di mesin pembelian, usahakan uang kertasnya kaku ya, tidak lecek atau lusuh pakai banget gitu 😅. Saat membeli THB, lebih baik Teman ReeNgan langsung menyebutkan stasiun tujuan saja, enggak usah menyebutkan stasiun transit. Selain itu agar ongkosnya juga bisa lebih murah, karena ongkos naik commuter line sekarang dihitung berdasarkan jarak dari stasiun keberangkatan sampai ke stasiun tujuan.


Jangan kaget saat membayar karena harganya seperti mahal gitu. Karena harga yang kita bayarkan saat membeli THB itu dibagi menjadi 2, yaitu ongkos/tarif dan biaya penjaminan sebesar Rp10.000,-. Nah, jika sudah sampai di stasiun tujuan, jangan langsung pergi dulu, Teman ReeNgan bisa langsung menuju ke loket tiket atau vending machine tiket untuk menukar tiket tersebut dengan uang Rp10.000,-. Namun, jika Teman ReeNgan hari itu akan menggunakan commuter line lagi, tidak ditukar pun tidak apa-apa. Nanti ketika ke stasiun lagi, tinggal menuju ke loket atau vending machine tiket trus tunjukkan THB yang tadi dipakai lalu sebutkan saja stasiun tujuan Teman ReeNgan. Misalnya seperti itu yang terjadi, Teman ReeNgan hanya membayar ongkos perjalanan saja, tanpa membayar uang penjaminan.

Mengapa ada uang penjaminan sehingga nama tiketnya menjadi tiket harian "berjaminan"? Itu karena di awal pemakaian sistem tiket elektronik ini, para pengguna commuter line banyak yang belum mengerti sehingga banyak sekali tiket elektronik yang tidak kembali ke PT KAI. Yang mana, jelas itu kerugian kan untuk KAI khususnya PT. KCJ. Trus diadakanlah tiket berjaminan itu, dimana jika tiket itu tidak kembali ke PT KCJ dalam waktu lebih dari seminggu maka PT KCJ tidak terlalu merugi.

Oh iya, hati-hati ya bila Teman ReeNgan membeli THB, trus disimpan lebih dari 7 hari, habis itu Teman ReeNgan pakai, maka Teman ReeNgan akan dikenai denda sebesar Rp50.000,-. Lebih baik sih bila menggunakan THB trus Teman ReeNgan sudah di stasiun tujuan, langsung tukarkan saja THB itu dengan uang Rp10.000.- di loket atau vending machine tiket.

Kartu Multi Trip (KMT)

Selanjutnya, jika Teman ReeNgan tampaknya akan menjadi pengguna rutin atau bakal sering naik commuter line, Teman ReeNgan bisa membeli KMT (Kartu Multi Trip) di semua loket stasiun. Harganya Rp50.000,- dengan isi saldo sebesar Rp30.000,-.


Jika Teman ReeNgan mempunyai KMT, Teman ReeNgan tidak perlu mengantre di loket dulu, Teman ReeNgan langsung bisa mengetap masuk di pintu masuk (kalau saldo di KMT mencukupi). Perjalanan terjauh saat ini adalah ke stasiun Rangkasbitung yang memerlukan ongkos perjalanan sebesar Rp12.000,-, makanya saldo minimal KMT setelah mengetap di pintu keluar stasiun tujuan haruslah Rp13.000,- atau lebih. Jika saldo kurang dari itu, maka nanti akan dikenakan suplisi sebesar Rp50.000,-. Saran saya, sebelum mengetap di pintu masuk, ada baiknya Teman ReeNgan mengecek jumlah saldo KMT di kotak merah yang tersedia di semua stasiun KRL.


Saat ini, ada peningkatan layanan KMT menjadi KMT Felica, namun saya belum tahu benar apa manfaat dari KMT Felica ini. Nanti insyaa Allah saya bagi-bagi ya pengalaman mengganti KMT biasa menjadi KMT Felica serta apa saja manfaatnya.


Saya melihat banyak yang menggantung KMT di leher atau digabung bersama-sama dengan nametag perusahaan. Tapi, saya pribadi was-was jika seperti itu, takutnya pas dapat kereta yang super penuh sesak, lalu kalung nametag tersebut lepas tanpa disadari. Jadi saya lebih memilih menyimpan KMT di tempat yang mudah saya jangkau tapi aman insyaa Allah 😌.

Uang Elektronik Bank

Dulu saya pernah menggunakan uang elektronik dari sebuah bank untuk masuk keluar stasiun KRL. Namun, karena waktu itu loadingnya lumayan lama (enggak sekali tap langsung terbaca mesin), jadi saya putuskan untuk menggantinya dengan KMT. Namun, bila Teman ReeNgan ingin praktis tidak terlalu banyak kartu, tidak masalah ^_^. Uang elektronik yang dikeluarkan oleh bank bisa menjadi alternatif terbaik menggunakan moda transportasi umum di Jakarta seperti commuter line dan bus tranjakarta.

Bila uang elektronik yang Teman ReeNgan punyai itu belum pernah digunakan untuk masuk ke stasiun KRL, terlebih dulu harus diaktivasi. Caranya cukup dengan menempelkan uang elektronik tersebut ke kotak merah yang berada di stasiun sebelum pintu masuk biasanya. Bisa kok ditanyakan ke petugasnya ^_^. Lagi-lagi, pastikan dan perkirakan saldo terakhir di uang elektronik tersebut tidak kurang dari Rp13.000,- setelah ditap di pintu keluar stasiun KRL.

Postingan terkait Uang Elektronik

Kadang saya melihat dan dulu saya juga pernah seperti itu, ada yang mengesek-gesekkan THB, KMT, atau uang elektronik di mesin masuk. Padahal hal itu justru memperlama proses pembacaan mesin terhadap tiket kita. Cukup dengan menempelkan saja tiket tersebut. Jika belum terbaca atau lampu belum menyala hijau, balik saja tiketnya, lalu tap lagi. Bila dibolak-balik belum juga bisa, maka langsung ke loket saja untuk mengganti tiket (bila THB) atau membeli THB. Berdasarkan pengalaman teman saya, bila tiket kita tidak diterima atau terbaca oleh mesin, jangan mau menggunakan tiket dari petugas di pintu masuk (maksudnya, petugas mengetap tiket miliknya agar kita bisa masuk).

Oke, ternyata jadinya panjang ya... hehehe. Semoga nanti bila Teman ReeNgan ke Jakarta dan berkesempatan naik commuterline, tulisan ini bisa bermanfaat, aamiin. [] Riski Ringan

11 comments:

  1. karena gak rutin, biasanya saya pakai THB

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih praktis memang & mengurangi jumlah kartu yang tersimpan di dompet atau dompet kartu ^_^

      Delete
  2. wih keren ya sekarng KRL, lebih praktis dan lebih mudah .

    ReplyDelete
  3. makasih banyak infonya ya mbak...kadang saya kurang teliti...

    ReplyDelete
  4. Yang kepake terus yg flaz aku, multitrip udah entah dimana hahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita kebalik, Kak, hehehe. Kartu flazku aku simpen malah di rumah ^_^

      Delete
  5. Pelayanannya makin nyaman aja nih yah kereta... Sala kenal mba...

    ReplyDelete
  6. Oh kartu thb bisa di tukar setelah sampai stasiun di tuju. Pantas tarif 3rb knp jadi 13rb

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...