Friday, 20 February 2015

Hening Sejenak Bersama Adjie Silarus

Assalamu'alaikum.. ^_^

Tahun 2014 bagi saya adalah tahun yang penuh warna, ada yang cerah ceria, tapi lebih banyak gelapnya. Tahun itu adalah tahun dimana emosi, tenaga, pikiran saya terkuras sedalam-dalamnya. Pikiran saya entah sudah terpecah belah kemana saja meninggalkan raga saya. Sampai pada akhirnya saya menjadi orang yang temperamental, bahkan diri saya sendiripun sampai tidak mengenalinya. Ketika nurani saya mulai lelah dan akhirnya menjerit di akhir tahun 2014 (entah mengapa harus di akhir tahun), saya memutuskan untuk menyendiri, berbicara dengan diri saya sendiri. Memilah-milah masalah yang ada dalam pikiran saya, dan berusaha mencari pemecahannya. Bahkan sampai saat ini, saya masih sedang dalam tahap mematuhi pemecahan masalah itu. Maka ketika hari Minggu (15/2/2015), kami diajak ke Griya Sukhacitta (Jalan Kemang Utara 7B) untuk bermeditasi bersama Adjie Silarus, saya senang sekali. Saya pikir, "mungkin sekali-kali saya memang butuh bermeditasi". Saya tidak sampai memikirkan akan berbincang dengan mas Adjie tentang konsep dan manfaat meditasi.

Hari itu, Allah sudah menakdirkan saya mendapatkan banyak ilmu yang berguna, dari #SundaySharing14 dan dari mas Adjie Silarus, alhamdulillah. Mas Adjie membagikan pengalamannya tentang "Hening" dan "Sadar Penuh Hadir Utuh".


Hening, mengapa kita harus hening? Mengapa kita harus diam? Mas Adjie bilang bahwa dewasa ini manusia seperti sudah "membiasakan" diri dengan kecepatan, saking cepatnya sampai terlalu grusa-grusu / terburu-buru. Apa-apa inginnya cepat, semuanya ingin yang serba instan. Akhirnya banyak yang bingung, stress, atau galau. Mungkin karena pikiran kita terlalu lama berjalan-jalan di masa lalu dan terlalu lama pula singgah di masa depan, tanpa menyadari bahwa kita HANYA berada di masa kini, masa sekarang. Jadi, kita butuh "Hening" sejenak untuk menyadari bahwa kita sedang berada di masa kini. Sampai di sini, saya lalu berhenti memotret, saya terhenyak walau kata-kata itu disampaikan mas Adjie dengan lemah lembut, tapi rasanya hati ini seperti terguyur air dingin. Saya memang sering bermimpi akan masa depan dan kadang ingin kembali ke masa lalu.

Lalu, mas Adjie bilang lagi, kelelahan kita dalam menghadapi hidup itu karena ada ketidakseimbangan pada diri kita. Konsep Yin Yang atau Being Doing dalam tubuh kita tidak selaras. Manusia sekarang cenderung lebih menguasai Yang/Doing ketimbang Yin/Being, kita lebih banyak berjalan keluar diri mencari duniawi daripada ke dalam diri. Kata mas Adjie, hidup itu bukan melulu tentang mempertahankan dan menggenggam erat, tetapi juga perlu mempersiapkan diri untuk melepaskan dan merelakan yang pergi serta menerima yang datang. Memang mudah sekali untuk berbicara, entah apakah mudah juga untuk melakukannya. Maka dari itu, kita semua pada dasarnya butuh "HENING", diam sebentar hanya merasakan tarikan dan hembusan nafas kita, untuk kemudian menyukuri nikmat Tuhan bahwa kita sudah dan masih diberi nafas untuk hidup.

Dengan kita sering belajar dan berlatih "HENING", maka suatu saat kita akan bisa "Sadar Penuh Hadir Utuh" untuk diri kita sendiri dan orang lain. Praktik sadar penuh hadir utuh atau mindfullness itu seperti jika kita sedang mengerjakan satu pekerjaan, usahakan pikiran dan raga kita sedang sama-sama mengerjakan pekerjaan tersebut. Pikiran dan badan kita berada di sini, di tempat, waktu, dan masalah yang sama, bukan di tempat lain atau di masalah lain. Sama halnya ketika kita sedang mendengar cerita/curhatan dari seseorang. Ketika orang itu sedang berbicara, jangan pernah menyiapkan jawabannya di pikiran kita. Hanya dengarkan orang itu dengan jiwa dan raga kita. Karena pada dasarnya manusia itu ditakdirkan untuk mencari jawaban atas permasalahannya sendiri. Selain itu, dengan terus melatih diri untuk hening sejenak, rasa syukur kita pada Tuhan akan terus bertambah, dan kita akan lebih menyadari akan pentingnya orang lain dan alam ini.

Bagaimana melatih diri untuk "Sadar Penuh Hadir Utuh"? Dengan duduk diam sejenak di manapun kita berada, lalu tarik nafas pelan sampai perut kita mengembang, keluarkan nafas perlahan dari hidung sampai perut kita mengempis. Yang ada di pikiran kita adalah tarikan dan hembusan nafas kita sendiri. Jika pikiran kita mulai berjalan-jalan, kembalikan lagi dengan memikirkan tarikan dan hembusan nafas kita. Coba itu berkali-kali, dan jangan putus asa. Untuk konsep dan praktik "Sadar Penuh Hadir Utuh" ini bisa dibaca lengkap di buku kedua mas Adjie dengan judul yang sama.

Selepas dari acara meditasi tersebut, saya coba memraktikkannya. Susah di awalnya, kadang ketika orang sedang bercerita pada saya, pikiran saya masih mencuri-curi kesempatan untuk berjalan-jalan ke hal lain. Namun, saya ingat kata mas Adjie untuk menariknya kembali ke masa kini, iya masa kini. Dan, teman saya heran, saya tidak seperti biasanya yang acuh dan gampang emosi. Semoga saya dan teman-teman dari Learning Forever yang ikut meditasi bersama mas Adjie kemarin serta Teman ReeNgan semua, bisa memraktikkan "Sadar Penuh Hadir Utuh" sepanjang hidup kita, amiin.

"Ketika sudah terlalu banyak "AKU" dalam hidup kita, saat itulah kita butuh "HENING" sejenak"

9 comments:

  1. semoga bisa memahami kata " Sadar Penuh Hadir Utuh " hehe,pencerahan yang bermanfaat mbak,terimakasih sudah share :)

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Iya, siaappp... :) Sudah mulai nyicil sedikit2, Teh.. :)

      Delete
  3. sepakat sama mbak ani,harus diterapkan.makasih mak sharingnya..jadi tahu yingyang^^

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...