Tak terasa bulan Ramadhan ini sudah separuh jalan kita lewati. Semoga semua amalan baik kita diterima Allah SWT, amiiin.
Ramadhan di Indonesia pastinya akan sangat meriah sekali. Selain masjid menjadi tambah semarak oleh jamaah yang datang beribadah, tentunya di rumah pun akan ada kegiatan baru yang hanya dilaksanakan pada saat Ramadhan. Apalagi kalau bukan membuat atau membeli takjil, hehehe.. Takjil adalah menu berbuka yang manis atau ringan alias bukan nasi dan ubo rampenya. Takjil biasanya dimakan sebelum menu makanan utama dihidangkan. Saat Ramadhan seperti ini akan banyak sekali bermunculan pedagang-pedagang takjil, terutama di pinggir jalan. Takjil yang dijualpun bermacam-macam, ada kolak, biji salak, sup buah, es buah, gorengan, lontong, dan lainnya.
Suasana pasar Ramadhan di Bendungan Hilir (sumber gambar: http://ramadhan.antaranews.com/berita/322880/sembako-naik-harga-jajanan-bazar-benhil-bertahan) |
Di keluargakupun demikian, kami mempunyai menu takjil yang khas, yakni teh manis. Ya.. hanya teh manis saja seperti hari-hari biasanya. Saya sempat bertanya ke Mama kenapa kami tidak menghidangkan menu takjil seperti keluarga-keluarga lainnya? Jawabnya, "Oke deh, besok InsyaAllah Mama bikin kolak pisang ubi ya" Kami bertiga, anaknya, sangat senang kala itu.
Besoknya Mama membuatkan menu takjil dan menu makan utama yang lebih wah dari biasanya. Pas berbuka puasa, kami kalap dong ya... semua-muanya diletakkan di piring dan kami makan. Daaan ... deng deng deng hasilnya perut kami penuh dan tidak kuat berdiri dari tempat duduk. Sholat pun jadi molor waktunya, makanan yang ada di piring pun tidak habis tandas seperti biasanya.
Setelah sholat tarawih, seperti biasa kami berkumpul di ruang keluarga sambil nonton tv. Saat itu Mama berkata, "Bagaimana takjilnya? Enak? Besok lagi?"
"Enak sih Ma, tapi kekenyangan... hehehehe"
"Dan terus sholatnya jadi molor waktunya, trus enggak bisa sholat tarawih di masjid kan? Itu buku Ramadhan kalian bolong satu tuh ikut taushiyah di masjid"
"Hehehehe..." kompak kami nyengir kuda, tapi dalam hati sedih sih..
"Jadi gini, sebenarnya puasa itu untuk apa sih? Ada yang tahu?"
"Buat nahan lapar dan haus Ma"
"Cuma itu??"
"Biar dapat pahala dari Allah"
"Hanya itu??"
"Dapetin ridho Allah, Ma, ngerasain penderitaan orang-orang yang enggak bisa makan"
"Nah... itu dia. Jadi tidak semua orang di dunia ini berkecukupan, tidak semua orang di dunia ini bisa makan setiap harinya. Salah satu makna puasa ya kita bisa merasakan penderitaan mereka. Kalau kita sudah merasakannya, kita jadi sadar akan kekuasaan Allah, kita jadi bisa semakin dekat dengan Allah kan? Rasa kasih sayang kita pada sesama makhlukNya juga bertambah, dan yang paling penting kita bisa lebih bersyukur dengan keadaan kita yang sekarang."
Kami kompak menganggukan kepala.
"Sekarang Bapa tanya, orang-orang yang kurang mampu itu makannya apa, semisal mereka bisa membeli makanan??"
"Mungkin nasi, tempe, sama air putih Pa." Jawab adikku.
"Eh kemarin saya lihat ada yang makan ayam goreng, tapi enggak tahu berapa kali sebulan mereka makan ayam goreng." tambah adik bungsuku.
"Nah.. itulah makanya, setiap berbuka puasa, Bapa dan Mama tidak menyajikan menu berbuka yang wah.. jarang sekali ada takjil juga kan? Itu semata-mata agar kita merasakan apa yang mereka rasakan. Lagian puasa itu kan mengajarkan kita berhemat, bukannya malah tambah boros karena harus menyajikan menu yang lebih wah dari biasanya. Selain menahan lapar dan haus dari terbit fajar sampai terbenam matahari, pada saat berbuka pun kita tetap menahan keinginan kita untuk memasukkan semua makanan ke dalam perut kita. Makanlah seperti biasa dulu, nanti kan habis tarawih ada waktu lagi untuk makan. Gimana?? Besok masih mau takjil sama ayam goreng??"
"hehehehe... enggak deh Pa, tapi kalau gorengan habis tarawih mau."
Percakapan di atas mungkin tidak sama persis dengan kejadian 20 an tahun yang lalu saat obrolan itu terjadi, tetapi intinya sama. Begitulah cara orangtua kami mengajarkan kepada kami salah satu makna puasa. Tidak berlebihan. Akhirnya, buka puasa berikutnya kembali lagi ke menu takjil awal, yaitu teh manis. Walau memang terkadang Mama atau Bapa tetap membuatkan takjil, tapi biasanya hanya satu mangkuk untuk berlima :D.
Ramadhan memang bulan spesial, dimana pintu neraka ditutup dan taubat-taubat diterima serta ibadah dimudahkan. Banyak yang bilang, untuk menyambut bulan yang mulia berarti kitapun harus menyiapkan sesuatu yang spesial dong. Itu benar, sesuatu yang spesial itu adalah perbanyak ibadah yang wajib dan yang sunnah, perbanyak amal jariyah, perbanyak silaturahim, dan perbanyak membaca Al Qur an. Menurut Bapa, bukan dalam hal memperbanyak jumlah makanan, atau memewahkan jenis makanan. Puasa itu juga mengajarkan kita berhemat, dan makan dengan teratur. Seharusnya pada bulan Ramadhan ini, pengeluaran kita tidak membengkak, karena yang biasanya makan tiga kali sehari, sekarang jadi dua kali, trus yang biasanya jajan disiang hari, sekarang tidak jajan.
Apa yang diajarkan orang tuaku tentang salah satu makna puasa, yakni tidak berlebihan masih terbawa sampai sekarang. Waktu kuliah, selama saya jauh dari orang tua, menu buka puasa saya sama dengan menu makan siang saya, dan menu sahurnya sama dengan menu sarapan saya. Pun setelah bersuami, menu berbuka dan sahur kami sama seperti menu makan kami sehari-hari. Alhamdulillah tahun ini kami mendapat dua kotak kurma, satu dari tempat saya bekerja, satunya lagi dari tempat suami bekerja, jadi tahun ini takjilnya adalah kurma. Tahun lalu tidak ada takjil.. :). Bukannya saya istri yang kejam, tetapi kebetulan kebiasaan suami saat Ramadhan sama dengan kebiasaan keluarga saya, klop kan?? ^_^
Maaf terlalu panjang ya Karryn?? Hehehe... semoga Ramadhan ini ibadah kita menjadi semakin bertambah, tidak boros (karena sebetulnya Allah membantu kita agar hemat lho, contohnya dengan naiknya harga bawang, cabai, dan telur.. selalu ada hikmahnya), amiiiin.
Oh iya... cerita di atas kesannya saya anti bahkan melarang takjil ya? Enggak sama sekali. Saya suka takjil, asal tidak berlebihan. Contohnya, suami kalau ingin beli takjil biasanya dia hanya beli satu bungkus untuk berdua dengan saya. Jadi pas sholat maghrib, tidak begah perutnya, dan jadi tambah romantis gitu deh, suap-suapan, juga menciptakan kebersamaan yang lebih indah.
Selamat berpuasa Ramadhan..
Selamat bikin atau beli takjil... yang sehat dan enak ya... :)
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka Ramadhan Giveaway dipersembahkan oleh Zaira Al ameera, Thamrin City blok E7 No. 23 Jakarta Pusat