Cacar Air (ini bukan tangan saya, gambar diambil dari Wikimedia Commons) |
GEJALA CACAR AIR PADA ORANG DEWASA
"Ih ini apa kok perih banget ya. Biasanya kalau ada bintil-bintil air yang pecah begini tidak sampai seperih ini."
Kejadian itu saya rasakan hari Minggu malam (15 Oktober 2017). Di pundak saya muncul bintil air yang tidak sengaja saya pegang trus langsung pecah. Padahal megangnya juga biasa saja, enggak pakai menekan. Lalu luka itu hanya saya olesi dengan alkohol saja karena takut ada kuman yang masuk. Bersamaan dengan itu, saya pun merasakan pusing yang teramat sangat, kepala seperti ditusuk-tusuk (berasa cekot-cekot gitu lah). Selain pusing, badan saya juga pegal-pegal.
Tapi, waktu itu saya tidak berpikiran macam-macam. Apalagi sore itu saya baru saja mendapatkan menstruasi (hari pertama). Pikir saya, wajar kalau badan saya pegal-pegal dan kepala pusing. Biasanya dengan dibawa tidur, pegal-pegal dan pusing itu akan hilang sendiri.
Setelah tidur, paginya rasa pusing cekot-cekot itu tidak menghilang, justru makin cekot-cekot. Saya sampai minta tolong suami untuk memijat kepala saya, berharap agar pusingnya bisa berkurang. Alhamdulillah waktu dipijat sih enak, sakitnya terasa berkurang. Tapi begitu pijatannya terhenti, ya cekot-cekot lagi, hehehe.
Sekitar pukul 11.00 siang, saya menyadari muncul lagi bintil berisi air di lengan dan punggung tangan saya. Jantung saya langsung berdebar kencang, "Jangan-jangan saya kena cacar air nih." Lalu saya googling dengan kata kunci gejala cacar air.
Beberapa website kesehatan yang saya baca menuliskan gejala yang mirip dengan yang saya alami, yakni:
- timbul bintil air di kulit
- demam
- pusing
- badan pegal-pegal
Bintil cacar hari kedua (masih bening) |
Tapi saya masih ragu apakah itu cacar air atau bukan, walaupun sudah muncul bintil air, karena saya tidak demam, lalu pusing dan pegal-pegalnya rancu dengan pusing & pegal karena menstruasi, serta nafsu makan saya masih ada. Namun, walaupun saya masih ragu, saya memberanikan diri minta izin tidak mengajar bimbel hari itu. Saya bertanya pada suami, kapan kiranya akan berobat. Setelah kami berpikir agak lama, akhirnya diputuskan bahwa berobatnya menunggu ada bintil air lagi yang muncul. Ternyata tidak berapa lama muncul lagi bintil air di perut dan punggung. Oke fix, akhirnya saya periksa ke klinik dekat rumah (karena sudah sore, jadi puskesmas dekat rumah sudah tutup).
PENYEBAB CACAR AIR
Setelah diperiksa dan ditanya-tanya, dokter pun mengiyakan kalau saya terkena cacar air. Beliau bertanya apakah ini yang pertama atau yang kedua? Saya jawab yang pertama, karena waktu kecil saya belum pernah kena cacar air. Dokternya bertanya, apakah selama seminggu atau dua minggu ini saya pernah berhubungan dengan penderita cacar air? Saya jawab kurang tahu, tapi setiap hari saya selalu menggunakan transportasi umum. Mungkin bisa dari situ kenanya. Bu Dokternya mengamini, mungkin bisa dari situ.
Kata bu Dokter, virus cacar air di tubuh saya ini sebenarnya saya dapatkan sekitar seminggu atau dua minggu sebelum bintil airnya timbul di tubuh saya. Virus cacar air bisa menyebar lewat udara. Kata bu Dokter lagi, mungkin selama seminggu itu badan saya sedang dalam kondisi tidak fit, sehingga sistem kekebalan tubuh saya tidak bisa melawan virus cacar airnya. Iya sih memang, dua minggu sebelum bintil airnya timbul, saya kesulitan tidur sehingga sering tidur diatas jam 12.00 malam. Ditambah lagi, dua mingguan itu saya juga kurang mengonsumsi sayur, buah dan susu. Padahal nih ya, aneh tapi nyata, waktu semingguan sebelum bintil cacarnya muncul, hati kecil saya selalu bilang "Ki, kamu kurang makan buah lho, ayo beli trus dimakan!"
PENGOBATAN CACAR AIR
Saya diberi obat pusing, obat penurun panas, obat antivirus, dan salep antivirus. Antivirusnya dua-duanya adalah acyclovir. Salep antivirus itu dipakai di bintil cacar yang pecah, jadi dioles saja. Bila sudah mengering, dioles lagi. Gunanya untuk mencegah cacarnya menyebar lebih luas dan bekas lukanya biar tidak korengan (bernanah).
Bu Dokter juga meminta saya untuk tetap mandi sehari dua kali memakai air hangat, agar terhindar dari infeksi bakteri. Waktu saya telepon ke adik saya trus diberikan ke keponakan saya yang berumur 8 tahun, ponakan saya juga bilang "Budhe nanti tetap mandi ya, aku dulu waktu kena cacar juga tetap mandi. Tapi mandinya pakai air yang dicampur batang Honje, jadinya merah airnya. Trus cepat sembuh cacarnya."
Trus si ponakan cantik ini lanjut lagi mengirimkan pesan ke WA saya, "Budhe nanti minum madu ya kayak Mama waktu kena cacar air. Biar cepat keluar semua jadi cepat sembuh."
Adik saya itu juga menyarankan saya mandi menggunakan sabun sulfur. Namun, karena kami bingung menjari honje alias kecombrang itu kemana, jadilah kami hanya membeli dettol cair dan sabun sulfur. Dokter pun berpesan agar waktu dikeringkan dengan handuk cukup ditepuk-tepuk ringan saja (semacam puk-puk buat orang yang lagi sedih).
Saya mengikuti semua saran dari dokter, adik, dan keponakan saya. Alasannya kenapa coba? Karena saya membaca di beberapa website kesehatan bahwa cacar air yang menyerang dewasa biasanya bisa menimbulkan komplikasi. Waaaa.... karuan saja kan saya jadi takut banget, apalagi ini pengalaman cacar air saya yang pertama. Btw, waktu saya dan adik-adik saya masih kecil, kami tidak pernah terkena cacar air. Adik saya yang pertama saja sampai sekarang belum kena cacar air (semoga sih jangan ya), dan adik saya yang kedua baru dua bulan sebelum saya, terkena cacar airnya.
Lalu saya sadar, disaat-saat sakit seperti itu, saya sebaiknya jangan berpikiran negatif atau panik luar biasa karena bisa mengganggu kerja sistem kekebalan tubuh. Oke, jadilah saya berusaha kalem lalu mencari lagi cara agar cacarnya cepat sembuh dan mengering. Akhirnya saya nemu deh cara pengobatannya, yaitu MENINGKATKAN KEKEBALAN TUBUH. Membaca itu, saya pun mengingat-ingat lagi beberapa artikel terkait meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Diantaranya:
- saya meminum obat yang diberikan oleh dokter tepat waktu dan habis
- saya juga minum madu karena dalam madu banyak sekali zat gizi yang bisa membantu sistem kekebalan tubuh saya
- saya perbanyak makan buah dan sayuran agar asupan vitamin dan mineralnya tambah banyak
- saya tidak begadang, jam 9 malam saya sudah harus tidur
- saya perbanyak minum air bening
- saya tidak memikirkan apapun yang membuat saya stress
- saya juga dua kali minum air kelapa hijau dan vitamin C tambahan
- saya tetap mandi agar segar dan menghindarkan tubuh dari infeksi kuman lainnya
Di hari kedua, malamnya, bintil-bintil air itu tambah banyak keluar. Selain di tangan, ada juga di kaki, perut, dada, punggung, dan kulit kepala. Hari ketiga malam, saya tiba-tiba demam panas dingin, tapi enggak berapa lama kemudian banyak keringat yang keluar dari tubuh saya trus demamnya menghilang. Setelah berkeringat itulah, besokannya bintil air yang tadinya bening dengan pinggir kemerahan yang menegang kulitnya, mulai memutih dan pinggirannya mulai mengendor. Bintil-bintil cacar yang di badan baru mengering pada hari ke-9 dan ke-10. Sedangkan yang di tangan dan kaki baru mengering pada hari ke-13. Ternyata, kata suami saya, bintil-bintil cacar air saya itu tergolong kecil dan tidak banyak sampai sebadan.
Bintil cacar hari ke-7 (sudah mulai tidak bening) |
Selama terkena cacar air, saya mengikuti anjuran dokter dan beberapa website kesehatan untuk tidak keluar rumah sama sekali, memisahkan handuk yang saya pakai, dan memisahkan baju kotor bekas saya pakai (tidak dicuci bersama yang lainnya). Alasannya adalah agar orang lain tidak tertular virus cacar yang saya bawa. Katanya virus cacar pada orang dewasa lebih menginfeksi daripada virus cacar pada anak-anak. Bahkan saya baru bisa keluar setelah semua bintil cacarnya mengering & menghitam serta mengelupas.
Jadi, hari ini, setelah 2 minggu saya dipingit di dalam rumah, alhamdulillah akhirnya bisa mengajar lagi. Walaupun muka saya akhirnya ada yang bopeng, tapi tak apalah yang penting sembuh. Luka cacar, segatal apapun memang jangan digaruk ya, kalau digaruk nanti meninggalkan bekas seperti lekukan yang cukup dalam (0,5 mm) di kulit. Melihat bintil cacarnya saja rasanya geli lho, apalagi kalau akhirnya bopeng-bopeng ya. Bilapun terjadi bopeng, katanya bisa hilang setelah 3 minggu.
Bekas cacar air (waktu kering, tidak sengaja saya kelupas, jadinya berbekas) |
Kenapa saya dan adik kedua saya baru kena cacar pada usia di atas 25 tahun (saya sendiri 31 tahun), serta adik pertama saya malah belum kena cacar air sama sekali? Saya tidak tahu persisnya, mungkin kami belum pernah terpapar langsung oleh virus cacar, mungkin juga sistem kekebalan tubuh kami bisa melawan virus cacar yang masuk, atau mungkin karena saat kelas 1 & 6 SD kami semua divaksin cacar.
Di musim pancaroba begini dimana dalam sehari perubahan cuaca bisa sangat drastis, Teman ReeNgan tetap jaga kesehatan ya. Perbanyak konsumsi buah & sayur, minum air bening, olahraga, dan selalu menjaga kebersihan badan (apalagi kalau di tempat umum, usahakan setelah dari tempat umum langsung cuci tangan atau mandi sekalian ya). Cacar air bisa datang dua kali dalam hidup kita, tapi katanya virusnya berbeda (hanya gejalanya mirip).
Teman ReeNgan yang sudah pernah kena cacar air, kenanya saat usia berapa? [] Riski Ringan
O sakit cacar mba. Alhamdulillah udah sembuh ya.
ReplyDeleteAku cacar air pas SD.
Iya Mba.
DeleteWah saya balas komentarnya 4 tahun kemudian ya.
Kebanyakan teman saya kena cacar pas SD juga Mba
Aku kena cacar pas kuliah mbak.
ReplyDeleteTapi adek iparku yg sebelahan rmh lg cacar jg skrg. Aku yg dagdig dug anakku ketularan. Makanya aku kasi suplement imunitas
wah, jadi bisa kena 2x ya? dbd juga ada 4 virus yg beda loh, bisa kena 4x....
ReplyDeleteFoto yang kedua itu yg kering trus mvak kelupas utu dah sembuh ya udh gak nular lagi brty kalo kaya gt?
ReplyDeleteGambar yg kdua yg mba kelupas ty dah smbuh dan ga nular lg ? BnEr gak?
ReplyDeleteMbak gambar yg mbak kering trs mbak kelupas itu tanda dah sembh? Dan dah gak nular lg?
ReplyDeleteAku baru kena cacar mbak di usia 18 ini. Mulai kemarin lusa diperut mungkin masih ada 3-4 an trs sekarang diperut sm punggung banyak. Di wajah 4 sama sebagian di tangan
ReplyDelete