Tuesday 3 October 2017

Saya & Suami : Wisata Kuliner di Cirebon Hari Pertama

Assalaamu'alaikum...!! ^_^


Di postingan sebelum ini (review hotel syariah My Residence), saya cerita bahwa tiba-tiba di hari Senin (25 September 2017) yang sangat indah, saya mempunyai sebuah ide gila jenius yaitu LIBURAN bareng SUAMI ke CIREBON!! 😆😆😆 Ide dadakan ini langsung saya eksekusi dengan cara mencari tiket kereta ekonomi paling murah yang berangkat dari Pasar Senen ke Cirebon Prujakan hari Sabtu (30 September 2017), alhamdulillah ada yang paling murah yaitu Tegal Ekspress seharga Rp 49.000,-/orang/kursi. Yang paling menyenangkan adalah, kursinya masih banyaaakkk. Enggak butuh waktu lama, saya lalu mengecek tiket baliknya dari Cirebon Prujakan ke Pasar Senen buat Minggu (1 Oktober 2017). Alhamdulillah terimakasih ya Allah, tiket kereta yang sama dengan harga yang sama juga masih ada. Hiyaaa! Saya senang... saya senang!! 😍😍😍

Pencarian enggak sampai disitu saja, saya lalu mencari penginapan super murah yang dekat dengan tujuan wisata kuliner. Alhamdulillah dapat yang murah seharga Rp 168.000,-/kamar/malam dan dekat dengan stasiun Cirebon Prujakan serta kampung kuliner. Yaaaassss!! Beneran deh saya senang sekaleee.

Baca ini juga ya: Wisata Kuliner di Cirebon Hari Kedua

Baru setelah semua akomodasi sudah saya temukan, saya WA sang suami: "Mas, liburan yuk ke Cirebon. Nginep semalam. Akomodasi aku yang bayar deh, kamu tinggal bayarin makannya." Beliau enggak langsung oke sih, tapi setelah tahu berapa biaya akomodasi yang saya keluarkan, beliau pun menyetujuinya. Yihaaa banget!! Enggak nunggu waktu lama, saya pun langsung pesan tiket pergi pulang dan pesan hotel. Setelah itu membayar semuanya di Indomaret. Setelah membayar semuanya, saya pun tergugu sendiri, saya berpikir "Ya Allah, benarkah tindakan saya ini?" Saya jawab sendiri, "Insyaa Allah benar lah." Hehehe.

Hari Sabtu pun tiba. Jam 05.45, kami berangkat ke stasiun Pasar Senen karena kereta Tegal Ekspress akan berangkat jam 07.30 pagi. Sesampainya di stasiun, saya membeli ayam goreng tepung bagian dada yang dijual di stasiun. Rasanya enak, dagingnya lembut dan bumbunya meresap. Saya makan selagi menunggu kereta berangkat. Suami makan setelah di dalam kereta.

                                          NASI LENGKO                                      

Jam 11.30 an, kami tiba di stasiun Cirebon Prujakan. Tadinya kami akan naik angkot ke pasar Kanoman, tapi ternyata hari itu sampai 2 Oktober 2017, semua angkot di kota Cirebon sedang mogok. Akhirnya kami jalan kaki, keluar pintu stasiun kami belok kanan. Sambil jalan santai, saya melihat ada kedai makanan di pinggir jalan. Saya lihat bannernya, kedai tersebut menjual nasi lengko. Saya pun bertanya pada suami, "Bagaimana kalau kita makan siang dulu di sini?" Suami mengiyakan. Jadilah kami makan siang di situ. Ternyata kedai itu tidak hanya menjual nasi lengko, melainkan juga menjual beberapa macam lauk walaupun tidak banyak pilihan.

Nasi + Capcay + Oseng kacang panjang + telur dadar + 2 gorengan tempe

Suami memesan nasi dengan capcay sayuran, oseng kacang panjang, 2 gorengan tempe dan telur dadar. Sedang saya karena sudah penasaran dengan nasi lengko, maka saya memesan nasi lengko. Kata ibu penjual, nasi lengko itu mirip dengan gado-gado tapi tidak selengkap gado-gado. Pertama-tama, ibu penjual menata nasi di piring, kemudian beliau mengiris-iris dadu mentimun mentah dan meletakkannya di atas nasi. Beliau juga mengambil dua jumput kecambah yang sudah direndam air hangat lalu meletakkannya di atas nasi. Kemudian beliau memotong tempe goreng dan tahu sumedang serta meletakkannya di atas nasi. Setelah itu beliau mengucurkan bumbu kacang yang kacangnya sudah diblender halus. Beliau memberikan sentuhan akhir dengan menuangkan kecap manis dan menaburkan bawang goreng.

Nasi Lengko

Rasa nasi lengko ini memang mirip dengan gado-gado tapi lebih ringan. Di kedai ini, bumbu kacangnya kurang nendang sebetulnya dan tampaknya si ibu terlalu banyak mengucurkan kecap manis. Saya menyukai sensasi ketika mengunyah mentimun mentahnya yang segar. Cocok menyegarkan tubuh dari hawa panas menyengat yang katanya khas kota Cirebon. Bawang merah gorengnya juga enak dan aromanya sungguh menggugah selera makan. Saya pun membeli bawang merah goreng dari ibu itu Rp 10.000,-. Ketika saya bilang ingin membeli bawang merah goreng, ibu penjualnya tertawa, hehehe. Habisnya enak sih Bu!

Saya dibuat kaget karena harga nasi lengko dan nasi campur ditambah 2 es teh manis dan 2 kerupuk serta bawang merah goreng totalnya hanya Rp 32.000,-. See!

            BASO BALUNGAN dan SOP IGA MANGANA             

Malamnya, seusai kami check in dan bebersih diri di hotel. Kami jalan-jalan mencari makan malam. Lokasi hotel dengan jalan Ampera memang tidak jauh, kira-kira hanya 10 meter saja. Jadi dari hotel My Residence di jalan Garuda Raya, kami belok kiri kemudian ada pertigaan bengkel, kami belok kiri lagi. Tepat di depan bengkel dan les musik Purwa Caraka ada warung Sop dan Baso Balungan Mangana.

Kami pun masuk ke warung tersebut, lalu duduk di tempat duduk yang masih kosong. Enggak lama, ada ibu-ibu yang menghampiri sambil membawa kertas menu dan bersiap mencatat pesanan kami. Saya memilih paket Baso Balungan komplit + es teh manis dan suami memesan paket Sop Iga + nasi + es teh manis.

Es teh manis JUMBO

Pesanan yang pertama datang adalah es teh manis yang ketika sampai di meja kami, saya kaget pakai banget. Gelasnya ya Allah, ukuran JUMBO! Ini mah kenyang nih minum es teh manis doang. Tapi ketika dipegang suami kok kelihatannya seperti gelas ukuran biasa ya? Hehehe.

Baso Balungan

Enggak lama kemudian, Baso Balungan dan Sop Iga kami datang. Untuk bakso, saya lebih suka kuah bening, jadi tidak diberi kecap manis ataupun saus dan sambal. Rasa kuah baksonya ringan dan gurih. Dalam semangkuk baso balungan spesial, saya mendapat satu bakso kecil, dua bakso besar, 3 potongan besar balungan yang masih ada dagingnya, dan bihun serta mie kuning dengan sedikit kecambah dan sawi hijau. Baso ini diberi topping irisan daun bawang dan taburan bawang goreng yang harum. Balungannya itu enak sekali. Dagingnya lembut dan gampang lepas dari tulang. Ternyata tulangnya kebanyakan adalah tulang muda yang bisa dikunyah. Saya sukaaaaa banget tulang muda. Baksonya sendiri lembut dengan tekstur daging yang tidak terlalu dominan. Malam itu baksonya berasa asin, tapi siangnya ketika saya balik memesan bakso, rasa baksonya pas tidak terlalu asin.

Sop Iga

Untuk sop iganya sendiri, kuahnya berasa rempah yang didominasi lada sehingga badan langsung hangat. Pas banget dengan cuaca malam itu yang mendingin karena hujan rintik-rintik. Daging iga itu memang luar biasa ya, enak gurih lembut dan hanya dengan bibir saja bisa langsung lepas dari tulangnya. Sambal yang disajikan di warung Mangana adalah sambal cabai hijau yang encer, tapi pedas.

Suami membayar semuanya ditambah 6 kerupuk kecil sejumlah Rp 46.000,- saja.

                                  NASI JAMBLANG                                  

Setelah makan malam di warung Baso dan Sop Balungan Mangana, kami meneruskan jalan santai di sepanjang jalan Ampera. Yang pada malam Minggu itu semarak dengan anak-anak muda yang hangout di kafe-kafe yang tersebar di sepanjang jalan. Saya sebetulnya ingin jalan-jalan ke arah Grage Mall, tapi suami inginnya ke arah stasiun Cirebon Prujakan yang menurutnya lebih sepi. Ya sudah, saya ikut suami saja. Kami berjalan pelan-pelan sekitar 15 menit karena kami harus berhenti dulu menunggu 2 kereta yang melintas. Setelah sampai di stasiun, saya mengambil uang di ATM dan membeli sebotol besar air mineral. Kemudian, kami pun duduk-duduk sambil memandangi kesibukan dan tingkah laku orang-orang di stasiun. Hehehe... ini sungguh mengasyikkan, Teman ReeNgan coba deh ^_^.

Warung Nasi Jamblang di seberang pintu keluar Stasiun Cirebon Prujakan

Sekitar 1 jam kami duduk-duduk, suami bilang ingin beli nasi goreng dan membawanya balik ke hotel. Kebetulan di seberang stasiun banyak sekali yang menjual makanan. Ada satu penjual nasi goreng. Ketika membeli nasi goreng, suami melihat di sebelah penjual nasi goreng tepatnya di seberang pintu keluar stasiun, ada yang menjual nasi jamblang. Saya pun menghampiri warung nasi jamblang tersebut.

Lauk-lauk Nasi Jamblang

Penataan makanan di warung nasi jamblang ini mengingatkan saya pada penataan makanan di warung nasi kapau di Sumatera Barat. Lauk pauknya diletakkan ke dalam baskom stainless steell dan ditata sejajar di sebuah meja panjang. Sedang nasinya sendiri sudah dibungkus daun jati kecil-kecil. Dari banyaknya lauk yang terhidang, saya memesan 3 bungkus nasi, 1 cumi hitam, 4 buah semur jengkol dan sebungkus kecil sambal khas nasi jamblang.

Nasi Jamblang dan lauk-lauknya

Kami memakan nasi goreng dan nasi jamblang setibanya kami di hotel. Nasinya sendiri tidak hangat, dan dikepal kuat sehingga walaupun kelihatannya kecil ternyata setelah digelar jadinya banyak juga. Untuk rasa cuminya standar tidak pedas sama sekali. Daging cuminya lembut, tidak alot. Saya kurang tahu isinya, tetapi tampaknya itu memang isi aslinya cumi yang sudah dibuang kotorannya. Kuah semur jengkolnya gurih dan manis. Jengkolnya sendiri ada yang biasa saja dan ada yang empuk legit enak gitu. Aromanya tidak terlalu semerbak. Bahkan ketika buang air kecil pun aromanya tidak menyengat. Nah, sambalnya nih yang khas. Biasanya kan sambal cabai itu dihaluskan ya, yang ini cabai merahnya diiris tipis kemudian seperti dimasak dengan minyak. Warnanya memang merah sekali, tapi setelah dimakan, rasanya tidak sepedas warnanya, hehehe. 

Nasi Jamblang

Secara keseluruhan sebenarnya nasi jamblang ini enak, tapi mungkin karena saya masih kenyang sehabis makan baso balungan, jadinya kurang menikmati. Saya membayar Rp 16.000,- 3 bungkus kecil nasi, sepotong cumi/sotong kuah hitam, sebungkus semur jengkol isi 4 biji, dan sebungkus sambal khas nasi jamblang. Di dekat jalan Ampera sebetulnya ada rumah makan nasi jamblang yang terkenal, yaitu nasi Jamblang Ibu Nur, tapi kami urung kesana karena yah sudahlah kan sudah mencoba rasa nasi jamblang inih, hehehe.

Sambal khas nasi Jamblang

Oh iya, keesokan harinya ketika kami ada di dalam Grab Car sehabis beli terasi di pasar Kanoman, Bapak Supirnya menceritakan sejarah nasi jamblang. Menurut beliau, nasi jamblang ini tercipta pada masa perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa itu, para petani dan ibu-ibu ingin membantu perjuangan para pejuang yang seringnya berjuang dengan bergerilya. Saat itu, karena jarang ditemukan pohon pisang dan banyak sekali pohon jati, maka ibu-ibu itu mengganti pembungkus nasinya dari daun pisang menjadi daun jati. Jadi, nasi plus lauk pauk yang tidak banyak berkuah dibungkus dengan daun jati kemudian diselundupkan ke hutan. Nasi yang dibungkus daun jati ini, kata Bapak Supir bisa tahan sampai beberapa hari. Yang mana hal itu menguntungkan pejuang karena kan kadang mereka harus berada di dalam hutan selama beberapa minggu bahkan bulan. Ah, saya jadi terharu dengan kerjasama dari warga sipil dengan pejuang. Semoga amal ibadah mereka ini menjadi peringan timbangan mereka kelak ketika hari perhitungan, aamiin.

Wuih ternyata jadi panjang sekali ya postingannya. Padahal ini baru menu kami di hari pertama lho, hehehe. Saya bagi saja ya jadi 2 postingan. Postingan wisata kuliner hari keduanya, insyaa Allah besok atau lusa bakal tayang. Jika saya diberi kesempatan ke Cirebon lagi, adakah menu atau warung/restoran yang Teman ReeNgan rekomendasikan untuk saya? Saya tunggu ya komentarnya. Terimakasih! ^_^ [] Riski Ringan

7 comments:

  1. Aku ke cirebon terakhir kali jg cuma kulineran mba :D. Itu juga belum puaaassss.. Batu sempet nyobain nasi jamblang bu nur :D. Suka suka sukaaak banget. Cuminya pedes, sambelnya enak.. Kalo ksana lg mau coba empal gentong khas sana :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah belum cobain empal gentong, empal asem, bubur sop. Ah makanan di Cirebon memang enak-enak... ^_^

      Delete
  2. Cirebon kota impian buat kulineran buat aku sama suami nih tapi belum kesampaian buat kesana. Padahal udah lama ngerencanain dan lumayan dekat kan dari Jakarta. Kalau naik kereta juga cuma 3 jam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayoooo Kakak. Beneran enggak nyesel deh. Kalau bawa mobil sendiri malah enak bisa jalan-jalan kemana saja... ^_^

      Delete
  3. Mbaaa, kok ngiler ya baca postingan ini. Jadi pengen ke Cirebon. Hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayolah rencanain, Mba. Bisa kok Mba, berangkat Sabtu pagi, pulangnya Minggu malam, hehehe *ngomporin*

      Delete
  4. Aku belom pernah nyobain nasi lengko.. Penasaran sama rasanya.. Eh baru tau aku mba jadi ada ceritanya ya tentang nasi jamblang kenapa pakai daun jati.. Cirebon kulinernya enak-enak.. Pingin banget main ke sana lagi.. :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...