Assalaamu'alaikum...!! ^_^
Setelah menyortir dan menata pakaian dengan metode Konmari, tahap yang kedua adalah menyortir dan menata buku. Jeda waktu yang saya butuhkan dari menata pakaian memang agak lama. Faktor penyebabnya banyak, hehehe.
Tahun 2013, ketika saya pindah ke kontrakan yang saya tempati sekarang, saya membawa 3 kontainer (volume 50 liter) berisi buku dan kertas. Waktu itu memang sudah dipisah antara buku dan kertas, juga dimasukkan ke dalam kontainer yang berbeda. Tapi, begitu sampai di kontrakan, kontainer berisi buku dan kertas itu hanya ditumpuk dan jarang sekali dibuka. Hingga akhirnya, ketika saya buka, kertas buku itu sudah menguning ditumbuhi jamur. Saya sedih sekali. Sebagian buku itu ada yang saya suka. Akhirnya buku-buku itu saya pindahkan ke kardus.
Jauh sebelum saya berkenalan dengan metode Konmari, setiap beberapa bulan sekali (tidak tentu sekalinya berapa bulan) saya menyortir buku-buku dan kertas-kertas yang saya punya. Begitu pun setelah saya menemukan bahwa sebagian buku yang saya punyai berjamur. Setelah dimasukkan ke dalam kardus pun, masih ada kemalangan yang kedua bagi buku itu, yaitu serangan rayap.
Alkisah suatu masa (setahun setelah saya pindah), saya menemukan bahwa sang rayap sudah memangsa beberapa barang yang terbuat dari kayu, termasuk sebagian buku ini. Makanya setelah itu saya berpikir keras, bagaimana caranya agar buku-buku saya ini tidak jamuran, tidak dimangsa rayap dan tidak mudah berdebu. Kontrakan saya ini sebetulnya 2 lantai dimana saya menghuni setengah lantai pertama. Lantai kedua, lantainya dari kayu sehingga jika ada debu dari atas, kadang suka turun ke bawah.
Akhirnya saya menemukan ide membeli lemari plastik seperti foto berikut. Saya berharap lemari ini bisa menjawab keinginan saya di atas. Iya, saya masih menggunakan produk plastik karena efisiensi dan jumlah uang yang saya punya waktu itu.
Kemudian saya mulai menyortir buku-buku yang saya punya menggunakan metode Konmari. Saya keluarkan semua buku yang saya punya, mulai dari novel, buku agama, nonfiksi, buku pelajaran, kamus, majalah, buku resep, dan komik. Saya pegang satu persatu buku itu, lalu saya bertanya apakah buku ini membawa kebahagiaan untuk saya. Saya sebenarnya curang sih di sini, hehehe. Harusnya kan di metode Konmari, kita enggak boleh melihat isi buku, tapi kemarin saya sempat membaca-baca lagi beberapa buku. Itulah yang membuat prosesnya lama. Setelah disortir, buku-buku itu ditata dengan cara berdiri, tidak ditumpuk. Selain untuk memudahkan kita mengambil buku tersebut, kita juga berusaha menghargai buku agar mereka bisa "bernapas".
Satu-satu buku dipegang & ditanyakan ke hati "Apakah buku ini memberikan kebahagiaan?" |
Bukunya disortir |
Dari 2 kontainer buku dan kertas, sekarang saya hanya mempunyai 1 laci buku saja. Buku-buku itu pun sebetulnya ada buku dari orang lain yang belum saya baca. Tadinya mau langsung saya kembalikan, tapi kemudian saya malah jadi ingin membacanya. Untuk buku masak, yang hanya 2 buku, saya letakkan di lemari piring di dapur agar gampang menjangkaunya. Kalau Al Qur an, saya punya tempat penyimpanan khusus di lemari yang lain. Jadi yang ada di laci ini adalah buku novel fiksi, buku agama, dan motivasi.
Inginnya sih saya mempunyai rak buku seperti yang dipunyai oleh orang-orang. Tapi untuk saat ini sepertinya satu laci ini saja sudah cukup untuk saya. Sebabnya karena saya masih mengontrak rumah, sehingga bila suatu saat nanti pindah, barang-barang saya tidak terlalu banyak.
Bukunya suami ada enggak? Kebetulan sekali, suami saya jarang membeli buku sendiri. Saat ini, novel yang saya beli biasanya kami baca berdua. Bila salah satu dari kami menyukainya dan akan membacanya lagi, kami simpan novel itu. Tapi, jika sepertinya tidak akan membacanya, maka kami berikan novel itu ke teman-teman yang ingin membacanya. Ada satu dua novel yang belum selesai saya baca, tapi sangat sayang bila harus dijual atau diberikan ke orang lain, karena novel itu adalah karya dari penulis melayu terkenal atau karya yang sangat langka.
Dulu saya susah sekali melepas buku yang saya punya, karena ya begitu deh, saya suka membaca. Tapi, setelah saya membaca sebuah status tentang hari perhitungan, dimana semua yang saya punya akan dihitung dan dimintai pertanggungjawabannya, akhirnya saya belajar melepaskan (susah banget, tapi masih mungkin dilaksanakan). Saya juga berpikir, "Oh iya ya, daripada buku ini tergeletak di rumah, jarang dibaca, dan hanya saya serta suami yang bisa menikmati isinya, alangkah lebih baik jika orang lain juga bisa menikmati isi buku itu."
Setelah menerapkan metode Konmari untuk buku, saya masih tergoda membeli buku, terutama waktu ada Jakarta International Book Fair. Saat itu saya membeli lebih banyak buku dari biasanya. Ada beberapa buku yang belum saya baca, dan saya menyesal dengan kecerobohan saya waktu itu, kenapa ya saya tidak berpikir matang saat membeli buku itu. Sekarang, saya hanya membeli buku yang klik di hati saja, hehehe. Trus setelah dibaca, ya balik lagi apakah isi buku itu bisa membawa kebahagiaan untuk saya atau tidak. Jika iya, saya simpan, namun jika tidak, akan saya keluarkan dari rumah (baik dijual, diloakkan, disumbangkan, atau diberikan).
Teman ReeNgan sendiri, bagaimana caranya menata buku-buku yang Teman ReeNgan punya? Bagi yuk di kolom komentar! ^_^ [] Riski Ringan
Bukunya suami ada enggak? Kebetulan sekali, suami saya jarang membeli buku sendiri. Saat ini, novel yang saya beli biasanya kami baca berdua. Bila salah satu dari kami menyukainya dan akan membacanya lagi, kami simpan novel itu. Tapi, jika sepertinya tidak akan membacanya, maka kami berikan novel itu ke teman-teman yang ingin membacanya. Ada satu dua novel yang belum selesai saya baca, tapi sangat sayang bila harus dijual atau diberikan ke orang lain, karena novel itu adalah karya dari penulis melayu terkenal atau karya yang sangat langka.
Dulu saya susah sekali melepas buku yang saya punya, karena ya begitu deh, saya suka membaca. Tapi, setelah saya membaca sebuah status tentang hari perhitungan, dimana semua yang saya punya akan dihitung dan dimintai pertanggungjawabannya, akhirnya saya belajar melepaskan (susah banget, tapi masih mungkin dilaksanakan). Saya juga berpikir, "Oh iya ya, daripada buku ini tergeletak di rumah, jarang dibaca, dan hanya saya serta suami yang bisa menikmati isinya, alangkah lebih baik jika orang lain juga bisa menikmati isi buku itu."
Setelah menerapkan metode Konmari untuk buku, saya masih tergoda membeli buku, terutama waktu ada Jakarta International Book Fair. Saat itu saya membeli lebih banyak buku dari biasanya. Ada beberapa buku yang belum saya baca, dan saya menyesal dengan kecerobohan saya waktu itu, kenapa ya saya tidak berpikir matang saat membeli buku itu. Sekarang, saya hanya membeli buku yang klik di hati saja, hehehe. Trus setelah dibaca, ya balik lagi apakah isi buku itu bisa membawa kebahagiaan untuk saya atau tidak. Jika iya, saya simpan, namun jika tidak, akan saya keluarkan dari rumah (baik dijual, diloakkan, disumbangkan, atau diberikan).
Teman ReeNgan sendiri, bagaimana caranya menata buku-buku yang Teman ReeNgan punya? Bagi yuk di kolom komentar! ^_^ [] Riski Ringan
Seri Menata Ala Konmari:
No comments:
Post a Comment