Saturday 20 August 2016

Workshop Menjahit Cardigan di Museum Tekstil, Kisah Unik Saya yang Pertama Kali Menjahit Menggunakan Mesin Jahit ^_^



Assalaamu'alaikum...!! ^_^


Hari Kamis tanggal 18 Agustus 2016, tepat sehari setelah Hari Ulang Tahun Repubik Indonesia, saya berkesempatan  mengunjungi Museum Tekstil di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ehem.. kalimat pembukanya formal sekali ^_^. Kamu jalan-jalan lagi ya Ris? Hehehe, iya dong. Tapi jalan-jalan hari itu selain menyenangkan, juga bermanfaat, banyak ilmu dan hikmah yang saya dapat. Jujur nih ya, saya itu suka jalan-jalan ke museum. Alasannya enggak bisa diungkapkan, sama kayak kalau Teman ReeNgan ditanya oleh orang terkasih “Kenapa kamu menyayangi saya?”, gitu. Museum Tekstil ini adalah salah satu museum yang masuk dalam daftar museum yang bakal saya kunjungi. Alhamdulillah baru kesampaian Kamis kemarin, itu pun karena di situ ada acara penting yang saya ikuti (gimana sih, katanya tadi suka datang ke museum? ^_^).

Acara penting yang saya ikuti adalah Workshop Jahit Cardigan bersama Buku Pintar Jahit Untuk Pemula yang diterbitkan oleh Puspaswara publisher. Pengajar workshopnya adalah Astri Damayanti dan Hj. Tati Murtati yang sekaligus penulis buku tersebut. Menurut Mba Astri, buku Pintar Jahit untuk Pemula ini sudah dicetak ulang sebanyak 23 kali, wow! Workshopnya sendiri dilakukan di Ruang Pamer Museum Tekstil. Workshop ini terselenggara atas kerjasama dari Brother, Kartini Blue Bird, dan Penerbit Puspaswara. Kartini Blue Bird sendiri merupakan program CSR dari Blue Bird di bidang social entrepreneurship yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan keluarganya. Wah... pantas waktu saya datang sudah banyak ibu-ibu yang hadir.

Simbolisasi pembukaan workshop jahit cardigan (baju oranye: Ibu Sylviana, dress toska: Mba Astri Damayanti)

Acara setelah pembukaan oleh MC yaitu sambutan oleh Mba Astri Damayanti, yang intinya menurut beliau menjahit itu sebetulnya adalah kemampuan dasar yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Pada workshop kali itu dipilih pola yang mudah sehingga diharapkan tumbuh semangat dan keinginan untuk belajar menjahit. Sambutan selanjutnya oleh Ibu Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni selaku Deputi gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Beliau mengapresiasi diadakannya workshop menjahit di Museum Tekstil ini. Karena selain membudayakan kembali keterampilan menjahit, sekaligus meningkatkan minat masyarakat untuk datang ke museum. Setelah acara sambutan, peserta diberi media kit yang isinya adalah kain dan peralatan menjahit (gunting, jarum pentul, meteran jahit, breder, benang, kertas karbon, alat pembuka benang jahit, pulpen dan notes). Sebelum acara menjahit, kami dipersilakan makan ringan terlebih dulu. 

Media kit menjahit cardigan

Oke, mulai dari sini saya murni akan menceritakan pengalaman saya menjahit dengan mesin jahit untuk PERTAMA kalinya! Iya betul.. hari itu adalah pertama kalinya saya menjahit dengan menggunakan mesin jahit. Jadi begini, sehabis makan makanan ringan, kami kembali ke ruang workshop. Di situ sudah tersedia 10 mesin jahit merk Brother seri GS2700, tapi jumlah pesertanya ada 40 orang. Jadilah kami dibagi menjadi 4 kloter. Bu Tuti dan Mba Astri dengan sigap memberikan pengarahan pada kami. Oh iya, untuk pola cardigannya sudah disiapkan oleh Bu Tuti ya, mengingat waktu yang sempit. Jadi kami hanya diajari proses-proses setelah membuat pola. Model cardigan yang akan kami jahit adalah model batwing dengan kerah berpita tanpa kancing. Langsung saja ya, berikut tahapan-tahapan menjahit cardigan yang hari itu saya pelajari:

1. Melipat kain sebanyak 2 kali
Jadi kain panjang yang kami terima (saya lupa mengukur panjang dan lebarnya, hehehe), pertama dibentang kemudian dilipat dari tangan kanan ke kiri. Lalu lipatan kedua adalah dari atas ke bawah. Diusahakan garis lipatannya lurus. Nantinya akan didapat bentuk persegi panjang.


2. Merekatkan kain dengan jarum pentul
Nah, di bagian lebar kain itu kemudian direkatkan dengan jarum pentul dari ujung ke ujung. Jarak jarum pentulnya terserah kita.


3. Meletakkan pola di kain
Pola yang diberikan ada dua macam, yaitu pola bagian badannya dan pola untuk bagian leher. Pola yang sudah dibuat di kertas cokelat kemudian diletakan di kain dan direkatkan lagi dengan jarum pentul. Lalu di ukur dari ujung pola ke luar sepanjang 2 cm, gunanya untuk lebihan kain saat menjahit. Nah, karena pola yang saya terima itu ukurannya S, sedang ukuran tubuh saya adalah L (jauhnya ya..) jadi Mba Astri bilang coba diukur lebihan kainnya 5 cm, lalu ditandai dua kali di 3 cm dan 2 cm (3 cm untuk tambahan ukuran dari S ke L, 2 cm-nya untuk lebihan menjahit). Kecuali untuk pola leher hanya dilebihkan 2 cm untuk lebihan jahit. Akhirnya saya mengukur dan menandai ukuran di kain dengan pulpen. Pada tahapan ini saya mulai berkeringat, dalam hati bilang "Duh Biyung, kok ya lama nian ya prosesnya", padahal karena baru pertama kali saja ya.

Pola yang sudah diletakkan di kain dan disemat jarum pentul

Ini saya sedang menandai lebihan kain untuk menambah ukuran dan untuk patokan menjahit (foto dari Lita Chan Lai)

4. Menggunting kain
Saya gemetar saat sudah di tahap ini, hehehe. Gimana ini cara mengguntingnya, sampai-sampai saya bertanya ke Mba Waya, "Mba, ini lubang gunting yang buat jempol yang mana ya?" Hehehe, kemudian dalam hati saya bertekad, "Lha ini kan saya lagi belajar, masa takut salah. Yang namanya belajar kemungkinan ada salahnya biar tahu lalu diperbaiki". Akhirnya, saya pun mantap memainkan gunting untuk menggunting titik-titik paling luar (dari yang 5 cm tadi), kres..kres..kres..!

5. Membreder
Membreder itu tujuannya adalah untuk membuat garis di kain sebagai patokan saat menjahit. Alat yang dipakai adalah breder dan kertas karbon jahit. Tadi kan saya diminta dilebihkan 5 cm ya dari pola, nah saya membredernya di garis yang 3 cm tadi. Menekan bredernya harus agak kuat, agar karbon jahitnya jelas terlihat di kain. Setelah membreder, pola diambil dari kain.

6. Menjahit
Yuhuuu...dung cess..dung dung cess..! Akhirnya sampai juga ke tahap menjahit, saya senang tiada tara!. Seperti yang tadi sudah saya tulis, mesin jahit yang bakal saya gunakan adalah mesin jahit Brother seri GS2700 dengan spesifikasi sebagai berikut:

  • 27 jenis jahitan (Ada tombol pengaturnya, kita tinggal memutarnya untuk memilih mau jahitan model apa. Saya menggunakan 2 jenis jahitan: jahitan biasa di nomor 2, dan jahitan rapat model koma di nomor 8. Enggak usah menghafal nomornya sih, soalnya sudah ada panel gambar model jahitannya di atas tombol)
  • 1 langkah membuat lubang kancing (karena cardigannya tidak berkancing, jadi saya enggak mencoba fitur ini)
  • lampu LED di dalam mesin (fitur ini sangat membantu saya lebih fokus dan lebih jelas melihat alur menjahit hasil membreder)
  • Bisa jahit lurus, zig-zag, dan satin
  • Terdapat tombol pengatur panjang dan lebar jahitan (tinggal diputar saja tombolnya yang letaknya di atas. Tombol pengatur panjang jahitan sendiri, pengatur lebar jahitan ada sendiri, dan pengatur kerapatan jahitan juga terpisah)
  • Maksimal lebar jahitan 5 mm
  • Maksimal panjang jahitan 4 mm
  • Pengaturan sekoci yang mudah dan cepat (jadi ceritanya di tengah keasyikan saya menjahit, tiba-tiba Mba Diah bilang "Kok enggak muncul benangnya, Ki?" Ternyata benang di sekocinya habis. Lalu saya diajari oleh masnya dari Brother mengisi benang sekoci dari benang jahit utama dan memasang sekoci kembali. Sekali diajari langsung bisa soalnya ternyata gampang banget, beneran)
  • Rangka metal
  • Daya listriknya 51 watt (Saya beneran kaget lho, ternyata daya listriknya tidak sebesar yang saya bayangkan. Saya kira kalau memakai mesin jahit listrik itu nanti bakalan banyak alat elektronik yang dimatikan karena takut anjlog. Ternyata cuma 51 watt ya, kalau ini aman lah. Jadi tambah mupeng nih pingin beli mesin jahit Brother ini).
  • Dimensi = 450 mm (P) x 200 mm (L) x 380 mm (T)

Mesin jahit Brother seri GS2700


Saya bertanya pada Bu Tati kalau sudah selesai membreder trus bagian apa dulu yang dijahit? Beliau mengajarkan bagian tepi kain kecuali bagian leher, dijahit dengan menggunakan jahit biasa. Namun sebelum dijahit, bagian itu direkatkan dengan jarum pentul terlebih dulu. Tujuannya adalah agar tepi kainnya menjadi rata saat selesai dijahit. Yoss..! Mari kita mentul lagi. Selesai mentul, alhamdulillah ada mesin jahit yang kosong. Jadi saya bisa langsung menjahit. Saya minta bantuan masnya yang dari Brother untuk mengeset jahitan. Saya minta pelan-pelan mengajarinya agar saya mengerti. Akhirnya begitu kaki menginjakkan pedal, werrr...!! Saya pun memulai petualangan menjahit, hehehe. Pertama kali masih mencang-mencong, enggak bisa mengikuti arah tanda brederan. Alhamdulillah enggak butuh waktu berjam-jam, saya sudah mulai memahami teknik dan mulai tenang ketika menginjak pedal jahit. Saya terbantu sekali oleh mesin jahit Brother ini. Bagi saya yang tidak ada darah penjahit dan baru pertama kali menjahit dengan menggunakan mesin jahit, Brother GS2700 mudah sekali dioperasikan.

Ada pengalaman lucu yang saya alami, hehehe. Jadi saat menjahit, beberapa kali benang jahit atas saya lepas dari jarumnya. Saya pun meminta bantuan masnya Brother untuk mengajari saya cara memasang benangnya. Waktu diajari sepertinya mudah gitu, habis dari sini kesini trus kesini, sret benangnya masuk jarum. Nah, trus benang jahit lepas lagi dari jarumnya, dan saya lupa step ketiganya bagaimana, hehehe. Tapi begini, step-step memasang benang jahit ke jarumnya itu saya lihat sangat membantu sekali untuk yang sudah berkurang fokus penglihatannya. Sehingga walau tanpa melihat lubang jarumnya pun, kita bisa memasukkan benang ke dalam jarum. Akhirnya karena keseringan lepas, saya pasang manual saja benangnya, tinggal dimasukkan ke dalam lubang jarumnya, hehehe.

Selesai menjahit bagian utama cardigan, saya kembali ke Bu Tati menanyakan bagaimana caranya menjahit bagian leher. Bu Tati menjelaskan, dan ternyata mudaaaaaaaaah. Kembali hati saya bersorak, "Masya Allah ternyata menjahit baju itu mudah ya, enggak sesulit yang saya kira". Namun, karena waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, dimana pukul 15.30 saya harus mengajar di bimbel, maka saya pun pamit ke Mba Astri sebelum sempat menyelesaikan bagian lehernya. Insyaa Allah saya selesaikan di rumah.

Model cardigan yang sudah jadi, harusnya jadinya seperti ini ^_^ (foto dari Astri Damayanti)

Bocoran nih, tadinya sebelum acara menjahit ini dimulai, saya sudah pesimis bisa enggak menjahit dengan mesin jahit. Sampai-sampai saya bilang ke Bu Donna kalau saya enggak mau menjahit di situ, nanti di rumah saja. Namun, setelah melihat teman-teman peserta workshop yang semangat belajar menjahit cardigan, saya pun jadi kepingin juga belajar. Hingga akhirnya mendapat pengalaman-pengalaman yang saya sebutkan di atas. Sekarang, saat menulis artikel ini, saya malah jadi kepingin membeli mesin jahit Brother yang kemarin saya gunakan dan tambah pingin kursus menjahit. Istilahnya sekarang malah ketagihan ingin menjahit lagi. Kan kalau sudah bisa, nanti tinggal beli kain dan benang trus jahit sendiri. Maka dari itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Mba Astri Damayanti, Bu Tati, masnya Brother yang sabar, Blue Bird dan penerbit Puspaswara (bukunya bisa beli dimana ya?) sudah mengadakan workshop ini. Kalau Teman ReeNgan ada yang tahu tempat kursus jahit di daerah Jakarta Selatan, bisa ditulis di kolom komentar, terimakasih ^_^. [] Riski Ringan



"Tulisan ini adalah reportase yang termasuk ke dalam sponsored post. Silakan membaca disclosure!"

2 comments:

  1. Minta seseraham mesin jahit aja ah nanti hehhehe

    ReplyDelete
  2. Ternyata mudah sekali menjahit asal tahu tehnik nya.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...