Monday 7 September 2015

Pilih Mana, Kualitas atau Kuantitas?

Assalaamu'alaikum... ^_^


Ceritanya tadi selesai kerja, saya duduk-duduk dulu sebelum pulang. Saya lihat di Pinterest ada foto dengan judul "Alasan Kamu Tidak Harus Belanja di (menyebutkan nama toko yang harga produknya murah)". Ternyata si pemilik blog menceritakan tentang pengalamannya membeli selang air di sebuah toko yang menjual selang air dengan harga termurah. Tiga bulan kemudian selang itu bocor, lalu dia membeli lagi di toko tersebut, tapi harganya sudah naik beberapa ribu (disitu beberapa dollar) walau masih yang termurah sihi. Kejadian yang sama terulang setelah 3 atau 4 bulan. Dia pun lelah, akhirnya dia memutuskan untuk membeli selang di toko lain yang harganya dua kali lipat. Lima tahun kemudian, selang itu masih baik-baik saja.

Point dari cerita si mommy blogger tersebut mungkin mengajak pembacanya untuk tidak mudah tergoda dengan prouk yang murah namun kualitasnya tidak bagus.

Memang ya, seringkali bahkan mungkin selalu, kita tergoda untuk membeli produk yang murah atau sedang "diskon" tanpa memerhatikan kualitasnya terlebih dulu. Beberapa bulan yang lalu saya pernah ngetwit tentang kualitas atau kuantitas. Di sini bukan masalah harganya mahal atau murah, di sini yang dibicarakan adalah kualitas atau kuantitas produk yang kita beli.

Saya juga punya cerita tentang kualitas, kuantitas, murah, mahal, dan bermerek. Begini, beberapa hari sebelum pindah kontrakan, saya dan suami belanja barang-barang untuk mengisi kontrakan yang baru. Karena kontrakan yang baru ini benar-benar kosong, sedang kami sebelumnya tidak membeli furniture apapun. Saat mau beli lampu, kami lihat di bagian rak lampu ada bermacam-macam merek dan jenis lampu yang disediakan. Kami butuh beberapa lampu dengan watt yang berbeda untuk tiap ruangan. Tadinya suami sudah mengambil lampu dengan harga paling murah. Namun, lantas saya berbincang dengannya. Bagaimana kalau kita ambil merek "INI" (nama merek disamarkan) atau merek "ITU". Kami lihat harganya, kebetulan saat itu merek INI dan ITU sedang diskon 20% atau 30%, lalu kami bandingkan dengan lifetime masing-masing lampu. Kami sudah berpengalaman dengan lampu MURAH, paling dia 4 atau 5 bulan sudah mati. Lampu INI mengklaim bisa bertahan sampai 20 tahun, sedang lampu ITU mengklaim bisa bertahan sampai 15 tahun. Saya hitung dengan kalkulator harga yang harus saya keluarkan perhari untuk setiap lampu. Ternyata diperoleh hasil bahwa harga per hari lampu INI lebih murah dibanding dengan lampu MURAH dan lampu ITU, tapi lampu INI memang sudah terbukti kualitasnya oleh banyak orang. Akhirnya kami membeli lampu INI.

Itu adalah salah satu pengalaman saya. Ada lagi pengalaman saat diskonan di sebuah toko yang sering saya kunjungi untuk membeli sepatu dan sandal. Di hari biasa harga sandal dengan merek yang biasa saya beli ada di kisaran Rp 75.000 - Rp 115.000. Namun, saat musim diskon, bahkan bisa sampai lebih dari 50%, kalau dihitung-hitung lagi, harga sandal tersebut bisa malah jadi di kisaran Rp 80.000 - Rp 125.000. Kok, malah jadi lebih mahal? Saya tidak tahu.

Beberapa bulan lalu saya membaca bukunya Trinity yang Around The World bareng temannya, Yasmin. Ada yang menarik di bagian pandangan mereka tentang pakaian. Trinity lebih mementingkan kualitas bahan dan kenyamanan pakaian, karena dia tidak terlalu tertarik dengan mode. Berbeda dengan Yasmin yang pecinta mode, dia membeli pakaian dengan mode terbaru dan diusahakan sekali dengan harga yang murah.

Tidak semua produk yang saya beli selalu saya utamakan kualitasnya, ada beberapa produk yang saya utamakan kuantitas dan harga murahnya. Contohnya sabun mandi batangan yang saya gunakan untuk mencuci pakaian (saya mandinya pakai sabun cair, hehehe..). Lalu... apa lagi ya... ?? Oh iya... lampu depan kontrakan, saya membelinya bukan berdasar kualitas, tapi harga yang murah. Karena suka ada yang iseng ngambilin kalau pakai lampu bermerek dan mahal. Overall saya memang lebih mementingkan kualitas suatu produk. Enggak apa-apa harganya mahal sedikit, asal awet dan nyaman dipakai.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya mengambil beberapa kesimpulan :
  • Produk berkualitas, kadang terlihat lebih mahal, tapi sebetulnya setelah dihitung-hitung, justru dia yang paling murah
  • Tidak semua diskonan itu betul-betul diskonan
  • Tidak semua barang yang saya punya harus berkualitas. Yang penting kita tahu porsi masing-masing dan pola pikir kita sendiri.
Wooww... jadi postingan panjang ya.. hehe. Intinya, mau mementingkan kualitas atau kuantitas, yang terpenting adalah kita bertanggung jawab dengan barang-barang yang sudah kita beli. Hmmm... kalau Teman ReeNgan, pilih kualitas atau kuantitas? Boleh lho dishare di kolom komentar biar jadi inspirasi untuk saya dan teman yang lain.

8 comments:

  1. Ada harga ada rupa sebagian mengatakan demikian... Atau murah kok mau awet.. Tapi ada juga dapat barang murah dan awet....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget Bang.. tergantung cara si empunya barang merawatnya.. :)

      Delete
  2. kalo dulu seringnya beli yang murah,tapi ya gitu...bentar2 udah rusak..jadi sekarang udah ketularan suami,belinya yang mahal tapi tahan lama,awet bangettt hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... kalo dihitung2 malah justru lebih murah kan ya, Mbak Hanna?

      Delete
  3. Iya lo, saya malah curiga kalau lihat harga yang terlalu murah. Tapi masih beli barang murah juga sih, kayak barang2 bikinan China tp utk yg tidak terlalu penting & temporer.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemarin temen saya malah beli jam yg diskon 90%, belum ada seminggu itu jamnya sdh rusak.
      Saya juga ada beberapa produk Cina yg dibeli.. :)

      Delete
  4. jadi ibu rumah tangga memang harus teliti dan kalkulatif ya mbak...
    syukur-2 bisa mendapatkan barang dengan harga murah tetapi kualita tetap bagus... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, hehe... biar ekonomi keluarga berjalan lancar.. :). Kalo yg itu saya belinya yg sisa eksport (ga lolos QC)..

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...