Saturday 22 June 2013

Pahit Manisnya SocMed Bagi Industri Musik

Panas-panas goreng pisang
Kopi agak manis di gelas kaca
Di gelar tikar di terang neon
Di ubun-ubunnya Jogjakarta
           
           Gadis manis senyum-senyum
           Tawarkan nasi bungkus daun pisang
           Sama-sama makan malam-malam
          Di ubun-ubunnya Jogjakarta


Sayup-sayup terdengar alunan gitar dan suara yang merdu menyanyikan lagu Malioboronya Doel Sumbang. Saya pun langsung terbangun, minum air putih, lalu ikut bernyanyi dan mengangguk-anggukan kepala, tak sadar kalau saya sedang berada di dalam kereta ekonomi menuju Yogyakarta. Kejadian seperti itu sering saya alami, ketika ada pengamen memainkan musik dan lagu yang enak didengar di telinga saya. Betapa letih dan peluh ini seakan lenyap sekejap ketika musik atau lagu yang saya suka didendangkan, walau terkadang saya tidak hafal liriknya atau tidak paham bahasanya.

Pengamen dalam kopaja
(sumber gambar: http://merahputihbangsaku.blogspot.co.id/)
Ya... musik adalah bahasa universal dimana seluruh manusia di bumi ini akan memahaminya ketika dia didendangkan. Manusia sudah mengenal musik sejak zaman prasejarah. Pada zaman itu, musik digunakan sebagai pengiring upacara-upacara atau ritual-ritual tertentu. Kemudian musik menjadi semakin berkembang tidak hanya untuk mengiringi ritual, tetapi juga untuk menyatakan perasaan seseorang atau keadaan suatu daerah. Orang-orang mulai mengabadikan musik yang mereka cipta dengan menuliskannya menggunakan not-not.

Contoh not
(sumber gambar: http://ceriwis.net/)
Seiring dengan ditemukannya teknologi-teknologi yang lebih modern, teknologi dalam dunia permusikan juga ikut berkembang. Manusia tidak lagi hanya menuliskannya dalam bentuk not-not, melainkan juga menyimpannya dalam sebuah alat. Dimulai dari piringan hitam, kemudian muncul kaset, lalu CD, sampai sekarang musik-musik itu sudah bisa disimpan dalam flashdisk ataupun hardisk. Berkembangnya tempat penyimpanan musik, juga ikut mempengaruhi perkembangan cara memperolehnya. Ketika zaman piringan hitam, dan kaset, orang-orang masih rela untuk membeli yang asli. Mereka akan gengsi jika ketahuan membeli piringan hitam atau kaset bajakan. Namun, tradisi itu mulai melemah ketika muncul CD, DVD, dan yang paling baru adalah flasdisk, dimana orang-orang bisa dengan mudah mendapatkan musik. Bisa dengan membeli atau bahkan download di website-website tertentu.

Bicara tentang website berarti bicara juga seputar dunia social media (socmed). Banyaknya provider yang menawarkan paket internet murah menjadikan dunia socmed ini juga semakin berkembang. Para pemain di industri musik pun memanfaatkannya dengan baik. Banyak artis yang terkenal berkat bantuan socmed contohnya Justin Bieber, dan Psy "Gangnam Style". Bahkan beberapa sengaja mempromosikan single atau album terbaru mereka lewat social media. Para musisi juga tidak ketinggalan menginfokan kegiatan on air atau off air mereka lewat socmed. 

Demam Psy - Gangnam Style (mencapai 1 milyar viewer)
Selain musisi, para blogger juga banyak yang memasang widget musik dengan lagu-lagu kesukaan mereka di blognya. Itu bisa jadi promosi gratis untuk orang-orang yang terkait dengan industri musik kan? Karena sekarang bukan hanya orang tua, bahkan anak-anak pun sudah sangat dekat dengan socmed ini, sehingga bisa dipastikan bahwa socmed adalah sarana yang baik untuk memasarkan musik mereka.

Menulis postingan blog juga harus ditemani musik favorit
Di sisi lain, socmed juga bisa sangat merugikan para pemain industri musik. Kenapa? Karena masih banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan seenaknya mengupload musik tanpa seizin label musik. Sehingga bukan hanya label musik yang dirugikan melainkan juga penyanyi dan pencipta lagunya, karena dengan begitu mereka tidak akan mendapatkan royalti untuk musik mereka. Bahkan, pernah ada peristiwa pengakuan hak cipta, pun lewat socmed. Dimana ada orang yang mengaku-aku lagu tertentu sebagai lagu ciptaannya, ternyata bukan, karena sebelum lagu itu dipatenkan, lagu itu terlebih dulu diupload ke socmed.

Jadi... peran socmed itu bisa baik dan bisa buruk, bisa manis juga pahit untuk dunia musik. Sekarang tinggal bagaimana kita, sebagai pengguna socmed dan tentunya penikmat musik menyikapinya. Kita sendiri tidak akan mau karya kita dijiplak atau diambil orang lain seenaknya saja, tentunya kita juga jangan sampai berbuat yang sama, apalagi dengan musik. Dengan menghargai musik orang lain, kita pasti akan bisa menikmati musik itu dengan asyik dan nyaman kan? Lalu, bagaimana cara kita menghargai musik dan musisi? Ya dengan mendapatkan musik mereka secara legal dong ya pastinya. Toh... kita tidak akan kecewa kok membeli barang-barang yang legal, karena pasti mutunya sudah terjamin. Ibarat kata kita tidak akan membeli kucing dalam karung. Dan... jangan khawatir mahal seperti kita dulu membeli kaset, karena seperti yang saya katakan tadi, banyak provider yang menyediakan paket internet murah, sekaligus juga paket download musik yang murah tetapi berkualitas.

Yang terakhir..., sesuai dengan pengantar saya di awal postingan ini, saya salut dengan beberapa musisi yang memperbolehkan karya-karyanya didendangkan oleh para pengamen di seluruh dunia. Sehingga para pengamen itu juga tenang dan bisa asyik ketika mendendangkan lagu-lagu itu. Pengamen juga bisa disebut sebagai socmed sehingga karya para musisi itu dapat dikenang sampai sekarang. ^_^

(Ada lagu yang indah di Malioboro)
 Lagu cinta tentang engkau dan aku
(Ada sajak yang indah di Malioboro) 

Sajak cinta tentang engkau dan aku
           Semua aku ingat 
           Dan tak akan kulupa 
           Kenangan paling indah 
           Dan paling... paling asyik


STOP PIRACY !!

IT'S NOT ONLY A COPY

IT'S CRIME

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...