Thursday 23 October 2014

Bicara dengan Bahasa Daerah, Siapa Malu ...


Catatan : postingan ini bukan bermaksud menggurui siapapun ^_^.

Suatu hari, secara tidak sengaja saya mendengar obrolan gayeng (asyik) sesama penumpang angkot.

Orang 1 : "Pokoknya gue pengen kalau nanti gue punya anak, dia gue ajak ngomong pakai bahasa Inggris. Biar cas cis cus, nggak usah les Inggris lagi."

Orang 2 : "Ortu gue pengennya, anak gue diajarin bahasa daerah mereka. Ih, gue kan malu, bahasanya kasar gitu. Gue juga pengen kalau anak gue, kecil-kecil ngomong pakai bahasa Inggris."

Mendengar itu, gue... eh saya menangis dalam hati (sambil ngomong, "sakitnya tuh di sinii"). Bukan karena mereka ingin agar anaknya bisa cas cis cus bahasa Inggris, itu sih sah-sah saja, tapi karena ada kata MALU dengan bahasa daerahnya. Padahal waktu dapat materi Bahasa Indonesia di kelas 2 SD, saya ingat tuh Ibu Guru bilang kalau Bahasa Indonesia adalah pemersatu bangsa Indonesia. Karena Indonesia punya ribuan suku dengan ribuan bahasa daerah, maka digunakanlah Bahasa Indonesia. Namun, bahasa daerah ini tidak akan digantikan secara penuh oleh bahasa Indonesia, karena sesuai dengan motto negara kita, Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Bahasa daerah itu adalah kekayaan dan warisan budaya nenek moyang kita yang juga ikut memperkaya bahasa Indonesia. Itu yang diucapkan oleh Bu Guru saya tentang bahasa daerah.

Saya dan suami sepakat, kalau nanti kami dikaruniai anak, maka kami akan mengajarinya bahasa daerah kami. Kebetulan kami berasal dari daerah yang sama. Bukan sembarang bahasa daerah sih, tapi lebih ke bahasa daerah kami yang halus dan sopan (Kromo Hinggil). Bahkan, sebelum kami dikaruniai anak pun, kami terus memraktikkannya. Contohnya, kami memakai bahasa daerah kami di surat undangan pernikahan (postingannya di sini). Dan, jika kami berdua berbincang-bincang, selalu memakai bahasa daerah. Kami malu? O... tentu tidak.

Lha, kalau misalnya suami istri itu berasal dari dua daerah dengan bahasa daerah yang berbeda bagaimana? Boleh kok memakai bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ketika bercakap-cakap dengan anak. Nah, nanti kalau mereka sudah agak nalar sekitar umur 5 tahun ke atas, sedikit-sedikit bicara bahasa daerah kita ke dia. Selalu tekankan juga ini bahasa daerahnya siapa, takutnya kata-kata yang diucapkannya jadi beraneka rupa, kan bingung yang mendengar.

Simpulannya sih, please jangan pernah bilang malu memakai bahasa daerah. Kalau tidak tahu, belajarlah dengan saudara atau teman sedaerah. Emm.. tapi tetep ya, dengan teman lain daerah, kita tetap bicara dengan bahasa nasional, atau jika dengan teman beda negara, kita bicara dengan bahasa internasional. Jadi, jangan malu ya, dan terus lestarikan bahasa daerah kita. Indonesia itu kaya karena alam dan budayanya, termasuk bahasa daerahnya :).

Selamat pagiiiii... semua ^_^.

14 comments:

  1. Wah sedih juga ya kebudayaan kita sendiri dibilang malu. Justru harusnya terus terpelihara.
    Saya juga ingin mengajarkan bahasa saya dan suami ketika punya anak kelak.
    Hanya sayangnya saya sendiri belum bisa-bisa :D

    Salam kenal dari Sandrine ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga papa Mba, yg penting tidak alu dengan bahasa daerahnya sendiri :)

      Delete
  2. gak malu kok mbak, anakku sudah diajak ngomong pakai bahsa daerah

    ReplyDelete
    Replies
    1. heem Mbak, jangan pernah malu bicara dengan bahasa daerah... :)

      Delete
  3. Anak-anakku iniiih...basa Inggris kurang faseh...basa Sunda pun ya gitu deeeh...hihihi...

    PR banget lah buat ku mbaaa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang penting nggak malu Bi, ngomong terus saja, InsyaAllah nanti lancar gumancar... :)

      Delete
  4. Suamiku fasih banget bahasa Jawa. Kalo aku, huhuhu ga bisa bahasa daerah. Palingan logat Melayu aja. Setuju sama postingan ini. Semoga makin banyak ortu yang mengajarkan cinta bahasa daerah pada anak-anaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayolah Cikgu, belajarlah sikit2. Habis tu, jom cakap melayu... *ipin upin mode on* :D

      Delete
  5. Aku gak pernah malu Makmod...buktinya di Jakarta puluhan tahun, tetep aja pake boso Jowo, sampai di namai Jawir hihihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. sip markusip Mak.. terus tulerken ke anak cucu yo Mak.. :)

      Delete
  6. Waaah koq begitu malu .. katanya ... ckckckckck ..... aneh ya Mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya tuh, nggak tau Mak. Kata si ibu itu sih karena bahasanya kasar gitu. Padahal asyik juga sih kadang2 kalau lagi di angkot atau mall ngobrol bareng suami dg bahasa daerah. Serasa detektif yg lg mencari petunjuk. Trus seneng banget kalau tiba2 di tanya Mbaknya Jawanya mana tho, oleh orang yg jawa juga :) serasa nemu saudara sekampung. Bukan berarti memupuk kedaerahan kembali, hanya saja menghargai lagi kebhinekaan itu agar bisa jadi ika :).

      Delete
  7. banyak memang orang yang merasa pede justru ketika berusaha keras menjadi orang atau bangsa lain.aneh ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dia sudah berusaha keras sih memang sudah selayaknya dia punya rasa percaya diri :). Yang disayangkan adalah ketika identitas nasional kita hilang begitu saja karena ingin "menjadi" bangsa lain. Saya suka sekali melihat ketika ada orang yg masih memegang teguh identitas bangsanya walau dia sedang berada di negara lain, tapi dengan menghormati negara lain itu juga. Contohnya Pak Habibie :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...